Transmisi pada motor matic adalah transmisi tanpa perpindahan roda gigi, jadi menggunakan pulley dan belt. Istilah Kerennya CVT (Continue Variable Transmision)
CVT (Continue Variable Transmision) adalah suatu sistem penyalur tenaga secara otomatis dengan bantuan gaya sentrifugal(gaya dorong yang disebabkan oleh putaran).
Saat putaran bawah (stationer) diameter yang dibentuk puley primer (drive pulley*) lebih kecil dibanding puley sekunder (driven pulley**) sehingga terjadi ratio yang ringan.
Saat putaran menengah diameter puley primer membentuk lingkaran yang sama besar dengan puley sekunder.
hal ini terjadi karena gaya sentrifugal menyebabkan kedua dinding puley primer semakin sempit.
Prosis ini akan terus berlanjut seiring putaran mesin yang semakin meningkat sehingga saat putaran atas diameter yang dibentuk puley primer lebih besar daripada puley sekunder.
* drive pulley = Pulley yang terhubung dengan crankshaft (mesinnya)
** driven pulley = Pulley yang terhubung ke roda motor
Sebenarnya, dasar pemikiran CVT berasal dari sepeda.
Pada sistem percepatan sepeda, apabila gear di bagian depan kecil dan gear yang dibelakang besar, maka sepeda akan berjalan lambat.
Seperti gigi 1 pada kendaraan, begitu juga sebaliknya.
Nah, sistem ini lah yang di adopsi oleh CVT.
Namun, bedanya CVT menggunakan sabuk yang sangat kuat dan gear diganti dengan pulley yang bisa membesar dan mengecil tergantung dengan gaya sentrifugal yang diterima pulley.
Keuntungan CVT:
1.Bisa mendongkrak performa mesin / mobil secara keseluruhan karena dengan rasio “gigi” tak terbatas maka akan selalu pada “rasio gigi yang tepat” sehingga tenaga tetap terjamin optimal.
2.Dengan rasio gigi tidak terbatas, maka akan terasa nyaman untuk cruising, sehingga bisa lebih irit dan mengurangi emisi gas buang. Bayangkan kalau anda ke luar kota dan di jalan tol dengan kecepatan konstant, lebih irit bukan.
kelemahan CVT:
Tranmisi CVT ini kurang responsive kalau mau dipakai secara agresive, karena akan berkesan “lemot”, dan kalau di gas terlalu cepat (power surge) maka kemungkinan selipnya lebih tinggi daripada otomatis biasa.
Kamis, 25 Agustus 2011
TRANSMISI PADA MOTOR MATIC
Rabu, 24 Agustus 2011
Utak Atik Ratio Gear box/Kharisma
Hanya ingin berbagi mengenai utak atik gear ratio..
banyak yang bilang gear ratio karisma typenya ga close, malah ada yang bilang gigi 4 karisma itu over drive sehingga sulit untuk mendapatkan top speed yang sebenerya.. Emang pendapat itu ga sepenuhnya salah, saya juga merasakan betapa sulitnya rpm naik di gigi 4, saya juga ga tau karena kalo menurut hitungan, semuanya fine" aja..
berikut adalah spek per gigian karisma.
Ratio gigi primer:
Rasio per gigi:
1st:2.5
2nd: 1.55
3rd: 1.15
4th: 0.923
rasio gear akhir: 14/36: 2.5
Dari data tersebut untuk memperoleh kecepatan maka di perlukan parameter untuk mengubah kecepatan sudut menjadi kecepatan linear.
maka kita perlu juga:
diameter velg : 17 inch
profil ban yang di pake saat ini: 90/80/17
untuk hasil perhitungannya silahkan liat di gambar berikut:
Dari tabel di atas dapat di lihat, bila Limiter rpm CDI bekerja pada 9000 Rpm maka, kecepatan maksimum tiap gigi yang dapat diraih adalah:
1st gear: 47 km/jam
2nd gear: 75 km/jam
3rd gear:101 km/jam
4 gear:126 km/jam
kemudian bila kita hitung kenaikan kecepatan tiap giginya:
Ini fakta!! bahwa ga ada yang salah dengan gigi rasio, kenaikkan kecepatan juga mengerucut, semakin tinggi percepatannya juga makin kecil...
tapi kenapa ya?? ko yang muncul di speedometer standar setelah kita geberrrr di gigi 4 paling pol juga hanya dapat 115Km/jam, ga lebih, kaya beraaaaat banget mesinya..
Ini dia kuncinya, Mesin ga cukup kuat untuk mengangkat Rpm mesin untuk cepat naik!!!
setelah kita tau ini, maka bisa disimpulkan untuk menaikkan topspeed sebaiknya memperbaiki tenaga mesin terlebih dahulu, sehingga membuat rpm cepat naik menuju limiter. Kalo misalnya di gigi 4 dah di hentikan oleh limiter, berarti: sudah saatnya ganti gear yang labih berat!!!
begitu teorinya...
Speedometer Akurat = Tachometer
(gambar 2)
(gambar 1)
Speedometer; pencatat, alat ukur kecepatan, adalah alat yang dapat menghitung nilai kecepatan berdasarkan satuan waktu. Nilai yang umum dipakai untuk kendaraan darat adalah kilometer per jam, atau mil per jam.
Speedometer yang terpasang di kendararaan bukan alat ukur kecepatan yang akurat, tetapi adalah alat ukur kecepatan yang berfungsi sebagai indikator keselamatan
Pada kondisi jalan atau situasi tertentu disyaratkan kecepatan maksimal, karena hal tersebut, maka speedometer selalu menunjukkan kecepatan lebih tinggi dari kecepatan sesungguhnya, toleransi ke arah kecepatan lebih tinggi (akan menurunkan ongkos produksi karena tidak usah akurat, boleh meleset Max 10%) jadi jangan gunakan speedometer untuk mengukur kemampuan kecepatan sepedamotor.
Pakai tachometer (penunjuk kecepatan putaran mesin) untuk mengukur kecepatan sepedamotor yang akurat, prinsip kerjanya menghitung jarak tempuh roda belakang (keliling roda belakang) dikali putaran roda belakang yang berhubungan dengan putaran mesin.(gbr1)
Berikut ini cara menghitung kecepatan sepedamotor dengan tachometer
- Ukur keliling tapak roda belakang (tidak masalah walaupun ban sudah aus atau ganti ukuran)
posisikan pentil pada jam 6, beri tanda ke-1 di lantai/jalan, dorong sepedamotor sampai posisi pentil kembali ke posisi jam 6, beri tanda ke-2, ukur jarak antara tanda ke-1 dan ke-2; gunakan satuan cm kemudian konversi ke kilometer.
Misal didapat jarak antara tanda ke-1 dan ke-2 (keliling roda) = 180 cm = 0,00180 Km
- Hitung Rasio Putaran Mesin dengan Putaran Roda Belakang / Total Reduction Ratio (karena putaran roda belakang tidak secepat putaran mesin).
Total Reduction Ratio
Z2/Z1 Primary Reduction – Gigi pada crankshaft dengan gigi pada rumah kopling.
Z4/Z3 Transmission Gear – Pilih perbandingan posisi gigi tertinggi untuk menghitung top speed.
Z6/Z5 Secondary Reduction – Jumlah mata/gigi Sprocket belakang dibagi sprocket depan.
Zx = x, angka ganjil = poros pemutar, angka genap = poros diputar
- Rumus Total Reduksi Rasio TRR = Z2/Z1 x Z4/Z3 x Z6/Z5
Contoh:(gbr2)
Kawasaki Ninja
Putaran mesin yang dibaca oleh tachometer = 10.500 rpm = 630.000 putaran per jam (10.500 x 60 menit)
Keliling roda belakang = 180 cm = 0,00180 Km
TRR = 8,497
Primary Reduction = 72/22
Transmission Gear = 19/22 (top gear, gigi ke-6)
Secondary Reduction = 42/14
Jadi awal 630.000 putaran di mesin per jam tinggal menjadi 74.298,246 putaran di roda per jam (630.000 / 8,497).
Tinggal dikalikan dengan keliling roda belakang:
74.298,246 x 0,00180 = 133,737 km/jam
Selamat berhitung kecepatan maksimum sepedamotor anda berdasarkan putaran mesinnya.
Makanya sepedamotor balap ukuran tachometer lebih besar dari speedometer :D
Perawatan Girboks Skubek, Mudah Kok!
Tempo penggantian oli girboks terlalu lama menyebabkan pemilik skubek terbuai. Terbuai suasana malas melakukan perawatan komponen satu ini, hingga menyebabkan risiko fatal. Apa aja coba..?
“Jika volume oli kurang, part mudah terkikis. Kalau sudah aus, pertemuan antar gigi rasio jadi rengang. Di dalam girboks terdengar suara dengung meski volume oli pas,” urai Mustain, kepala instruktur kursus mekanik Hartomo Mechanical Training Centre (HMTC) Jakarta.
Lain hal jika oli habis atau kering karena ada bagian yang bocor atau terlalu lama tidak diperiksa. Ya.., karena terbawa suasana tadi. Risikonya, gir rasio bisa saja terkunci atau nyeket bahasa anak bengkelnya.
“Oli girboks kurang bikin gir berikut as bekerja lebih keras. Akibatnya laher oblak dan bikin karet sil di as roda dan rumah CVT rawan robek. Akhirnya banyak komponen yang mesti diperbaiki,” imbuh Pak Mus dari Jl. Sawo Raya No. 9A, Rawamangun, Jakarta Timur.
Padahal syarat bikin girboks tetap prima caranya mudah. Kata Pak Mus, yang perlu diingat batas waktu pengantian oli girboks digandeng perawatan berkala macam ganti oli mesin. "Saat lakukan pengantian oli mesin ke-4 (tiap 2.000 km) atau setelah masa pakai mencapai 8.000 km di odometer. Saat itu juga oli girboks ganti baru pakai oli spesifikasi SAE 10W," imbuhnya.
Untuk gantinya, buka baut 12 pembuangan di bawah. Dan tutup atas sebagai tempat pengisian, agar semua oli terkuras habis. “Kalau cuma ganti, volume oli yang dimasukkan sekitar 100 cc. Tapi, kalau dikuras hingga kering, baiknya ditambah sekitar 20 cc lagi,” pesan Mus yang bisa ditelepon di nomor (021)4891176.
Ingat, jangan biasakan isi oli girboks melebihi batas yang sudah ditentukan. Sebab tekanan di dalam ruang giboks makin tinggi hingga menyebabkan karet sil gampang jebol. (motorplus-online.com)
Penulis : KR15 | Teks Editor : Nurfil | Fotografer : KR15
Fungsi dan Prinsip Kerja Transmisi
gambar 2
gambar 1
Transmisi adalah komponen mesin yang berfungsi untuk merubah kecepatan dan tenaga putar dari mesin ke roda , sehingga dapat digunakan untuk menggerakkan kendaraan . Seperti telah kita ketahui bahwa transmisi terdiri atas beberapa tingkat kecepatan, salah satunya adalah sepeda motor atau mobil dengan 4 kecepatan . Bahkan ada juga yang lebih dari 4 kecepatan , bahkan ada yang 5 sampai 6 kecepatan. Tujuan perubahan tingkat kecepatan ini adalah untuk menghasilkan tenaga dan untuk merubah laju kecepatan kendaraan. Seperti telah Anda ketahui bahwa dalam pengendaraan mobil dan sepeda motor setiap tingkat kecepatan memiliki fungsi yang berbeda dalam pengendaraannya . Untuk start awal kita selalu menggunakan percepatan 1 atau gigi 1 , lalu kita rubah kecepatannya secara bertahap sesuai dengan situasi dan kebutuhan dalam pengendaraan .
Pada dasarnya kecepatan lambat selalu digunakan untuk menggerakkan mobil / sepeda motor secara mula - mula . Kenapa ? Karena pada saat kecepatan lambat tenaga yang dihasilkan sangat besar , namun pada saat kecepatan tinggi tenaga yang dihasilkan kecil . Bagaimana cara kerja transmisi ? Lalu kenapa pada kecepatan lambat dapat dihasilkan tenaga besar ? Baiklah saya akan jelaskan prinsip kerja dari transmisi dan cara kerjanya , serta bagaimana tenaga besar dihasilkan pada kecepatan yang lambat .
Kecepatan tinggi(gbr 1)
Prinsip kecepatan tinggi atau menaikkan kecepatan adalah gigi besar memutarkan gigi kecil . Lihat gambar ! Pada gambar gigi yang besar memiliki 60 mata gigi dan gigi yang kecil memiliki 30 mata gigi . Gigi yang besar di sini memegang peranan sebagai pemutar dan gigi yang kecil sebagai gigi yang diputar . Jika gigi yang besar berputar 600 kali , maka gigi yang kecil akan berputar 1200 kali .Jelaslah telah terjadi penaikkan kecepatan dari 600 kali menjadi 1200 kali . Cara menghitungnya ;
Putaran yang dihasilkan = ( putaran gigi pemutar x jumlah mata gigi pemutar ) : jumlah gigi mata gigi diputar
= ( 600 x 60 ) : 30
= 36000 : 30
= 1200
Kecepatan lambat(gbr 2)
Prinsip kerja kecepatan lambat adalah gigi kecil memutar gigi yang besar . Lihat gambar ! Pada gambar gigi yang kecil memiliki jumlah gigi sebanyak 20 mata , sementara gigi yang besar memiliki jumlah mata gigi sebanyak 80 mata gigi . Gigi kecil memegang peranan sebagai pemutar dan gigi yang besar sebagai gigi yang diputar . Jika gigi yang kecil berputar 100 kali , maka gigi yang besar akan berputar 25 kali . Jelaslah telah terjadi penurunan kecepatan putaran dari 100 kali menjadi 25 kali .Cara menghitungnya :
Putaran yang dihasilkan = ( putaran gigi pemutar x jumlah mata gigi pemutar ) : jumlah gigi mata gigi diputar
= ( 100 x 20 ) : 80
= 2000 : 80
= 25
Kenapa putaran lambat menghasilkan tenaga yang besar ?
Perhatikan hasil perhitungan pada putaran lambat ! Putaran awal adalah 100 dan putaran hasil adalah 25 . Atau bisa kita sederhanakan menjadi 4: 1 . Ketahuilah bahwa putaran mesin ini yang digunakan untuk menggerakkan kendaraan . Sementara beban yang akan diangkat adalah berat dari penumpang dan berat dari mobil / sepeda motor tersebut . Pada contoh kecepatan lambat di atas adalah dibutuhkan 4 kali untuk mengakat 1 kali beban dari kendaraan tersebut . Atau kita bisa ilustrasikan bahwa beban itu dicicil selama 4 kali untuk 1 kali angkatan beban . Sementara pada contoh kecepatan tinggi 60 kali putaran awal dan putaran hasilnya 1200 . Atau bisa kita sederhanakan 1 : 2 . Pada kecepatan tinggi dibutuhkan 1 kali untuk 2 kali angkatan beban . Kalau kita ilustrasikan ; untuk mengangkat 1 karung beras kita membutuhkan 4 kali bolak - balik untuk mengangkatnya secara dicicil sedikit - sedikit , sehingga kita tidak terlalu capai mengangkatnya . Namun kerja kita menjadi lambat , tapi kita tidak kepayahan dalam mengerjakannya , karena yang diangkat tidaklah berat . Sementara pada kecepatan tinggi , kita mengangkat 2 karung beras itu dalam waktu 1 kali bolak - balik untuk mengakatnya . Memang pekerjaan menjadi lebih cepat , tapi tenaga yang kita keluarkan sangat besar , sehingga kita mudah kepayahan atau kelelahan .
Pada mobil atau sepeda motor gigi pemutar dihubungkan dengan as masuk transmisi / input shaft transmisi , jadi gigi yang pemutar mendapatkan tenaga putar dari mesin . Sementara gigi yang diputar mendapat hubungan dengan output atau as keluaran dari transmisi .
Untuk lebih jelasnya silahkan anda download video animasi berikut :
download di sini
Secara teknik, istilah sproket (sprocket) digunakan utk menyebut cakram gigi (teeth disc) dimana rantai ditautkan utk menyalurkan putaran mesin agar roda belakang berputar. Istilah ini dibedakan dgn istilah gigi transmisi (transmission gear) atau versneling, tp msh bertautan krn kelajuan putarannya bergantung pd posisi gigi transmisi, dan merupakan bagian yg ikut menentukan reduksi dan rasio gigi secara keseluruhan (total gear ratio and reduction) atau FGR (final gear ratio).
Tarikan, percepatan atau akselerasi (acceleration) dan kelajuan (speed) atau kecepatan (velocity) spdmotor itu bergantung juga pd diameter dan atau banyaknya gerigi (teeth) pd sproket atau cakram rantai.
Berarti mengganti sproket | cakram rantai depan dan atau belakang dgn ukuran berbeda ... juga berarti mengganti rantai (chain), krn akan dibutuhkan rantai dgn banyak mata-rantai atau gerigi berbeda, kecepatan dan percepatan bisa merosot (drop) atau bisa juga meningkat (rise) ... pernahkah anda berpikir sedemikian ... ???
Utk alasan teknik penyaluran tenaga (energy transmission), sproket depan yg menghela atau mengemudikan (drive) krn diputar oleh mesin, selalu berdiametar lbh kecil dan bergerigi lbh sedikit drpd sproket belakang yg dihela atau dikemudikan (driven) melalui rantai (chain). Alasan ini akan jadi jelas dlm uraian berikut.
Secara teknik, ada 2 kemungkinan dampak perubahan ukuran diameter dan atau banyak gerigi pd sproket,
rasio daya (power ratio), bila sproket | cakram-gigi depan berputar lbh cepat drpd sproket | cakram-gigi belakang, krn berdiameter lbh kecil atau bergerigi lebih sedikit drpd yg standar.
rasio kelajuan (speed ratio), bila sproket | cakram-gigi depan berputar lbh lambat drpd sproket | cakram-gigi belakang, krn berdiameter lbh besar atau bergerigi lebih banyak drpd yg standar.
Jika sproket | cakram-gigi depan ditambah 1 gigi saja, shg dimeter sproket | cakram-gigi depan menjadi lbh besar, maka sproket | cakram-gigi belakang berputar lbh cepat, dan spdmotor akan menghasilkan peningkatan top speed, tp akselerasi lbh lambat. Sebaliknya, jika sproket | cakram-gigi depan dikurangi 1 gigi saja, shg dimeter sproket | cakram-gigi depan menjadi lbh kecil, maka sproket | cakram-gigi belakang berputar lbh lambat, dan spdmotor akan menghasilkan akselerasi lbh cepat, tp top speed merosot.
Jika sproket | cakram-gigi belakang dikurangi 1 gigi saja, shg dimeter sproket | cakram-gigi belakang menjadi lbh kecil, maka sproket | cakram-gigi belakang berputar lbh cepat, dan spdmotor akan menghasilkan peningkatan top speed, tp akselerasi lbh lambat. Sebaliknya, jika sproket | cakram-gigi belakang ditambahi 1 gigi saja, shg dimeter sproket | cakram-gigi belakang menjadi lbh besar, maka sproket | cakram-gigi belakang berputar lbh lambat, dan spdmotor akan menghasilkan akselerasi lbh cepat, tp top speed merosot.
Intinya, sproket | cakram-gigi mana pun diubah | diganti banyak giginya, berarti rantai penggelindingnya juga harus diganti, krn akan membutuhkan banyak mata-rantai | gerigi berbeda. Rantai Thundie 125 standar 118 mata-rantai.
Jadi tinggal pilih, apakah top speed atau akselerasi ingin ditingkatkan.
Jika sproket | cakram-gigi depan lbh besar, mk top speed lbh tinggi, tp akselerasi lbh lambat.
Jika sproket | cakram-gigi depan lbh kecil, mk top speed lbh rendah, tp akselerasi lbh cepat.
Jika sproket | cakram-gigi belakang lbh kecil, mk top speed lbh tinggi, tp akselerasi lbh lambat.
Jika sproket | cakram-gigi belakang lbh besar, mk top speed lbh rendah, tp akselerasi lbh cepat.
Sistem transmisi dan cakram-gigi roda adalah pelipat torsi (torque multipliers). Dlm istilah awam, jika gigi 1 memiliki rasio 3 dan gigi 5 memiliki rasio 1 dan mesin menghasilkan 100 daya putar, maka ban belakang bekerja 300 daya putar pd gigi 1 dan 100 pd gigi 5. Ini menjelaskan knp kendaraan memiliki akselerasi lbh cepat pd gigi 1 dan lbh lambat pd gigi lainnya.
Pasangan sproket | cakram-gigi menentukan reduksi dan rasio gigi secara keseluruhan (total gear ratio and reduction) atau FGR (final gear ratio). Torsi ban belakang bisa dinaikkan atau diturunkan dgn mengubah rasio ini, dan ini secara langsung berdampak pd akselerasi dan top speed.
Diposkan oleh Aditias Sukma Mahendra, AMd di 18:00 1 komentar
PERHITUNGAN Gigi rasio RX KING dan NINJA
image
RX – KING (5 PERCEPATAN)
1 2 – 34 = 1. 13 – 32 =
------- 36 % ---------- 30.7%
2. 16 – 30 = 2. 17 – 29 =
----- 24.5% ---------- 22.9 %
3. 19 – 26 = 3. 19 – 25 =
------ 20.3 % ---------17.1 %
4. 22 – 24 = 4. 22 – 24 =
--------16.0 % --------12.3 %
5. 24 – 22 = 5. 23 – 22 =
KAWASAKI NINJA (6 PERCEPATAN)
1 0 – 27 = 1. 10 – 24 =
--------- 36.8 %
2. 17 – 29 = 2. 18 – 29 =
-------- 23.8 %
3. 20 – 26 = 3. 20 – 25 =
-------- 16.1 %
4. 22 – 24 = 4. 22 – 23 =
-------- 12.7 %
5. 21 – 20 = 5. 21 – 20 =
--------- 9.3 %
6. 22 – 19 = 6. 21 – 19 =
YAMAHA RX – Z
1 2 – 34 = 1. 15 – 31 = 1. 15 – 32 = 1. 14 – 32 =
-----24.6 % ------ 36.0 % ------- 26.2 % -------24.7 %
2. 16 – 29 = 2. 18 – 28 = 2. 18 – 28 = 2. 17 – 27 =
----19.2 % ------ 24.5 % ------- 17.5 % ----- 18.8 %
3. 19 – 26 = 3. 19 – 24 = 3. 19 – 24 = 3. 19 – 24 =
------ 16.7 % ------ 16.5 % ---------- 11.3 % ----- 12.9 %
4. 21 – 24 = 4. 20 – 22 = 4. 20 – 22 = 4. 20 – 22 =
------- 11.6 5 --------- 12.5 % --------- 7.4 % ----- 9.1 %
5. 23 – 23 = 5. 23 – 23 = 5. 23 – 23 = 5. 23 – 23 =
---- 9.5 % ----------8.3 % --------- 7.4 % ------7.7 %
6. 24 – 22 = 6. 26 – 24 = 6. 27 – 25 = 6. 26 – 24 =
YAMAHA TZ – 125 R YAMAHA YZ – 125
1. 15 – 30 = 1. 13 – 32 =
------ 30.5 % ----- 27. %
2. 21 – 31 = 2. 14 – 26 =
----------- 20.5 % ---------- 18.8 %
3. 23 – 28 = 3. 16 – 24 =
-------- 12.9% -------12.9 %
4. 27 – 27 = 4. 20 – 25 =
-------- 9.1 % -------- 9.1 %
5. 23 – 23 = 5. 19 – 21 =
-------- 7.7 % ---------- 7.4 %
6. 27 – 25 = 6. 20 – 20 =
SUMBER : http://korekmesin.com/article/48094/perhitungan-gigi-rasio-rx-king-dan-ninja.html
RX – KING (5 PERCEPATAN)
1 2 – 34 = 1. 13 – 32 =
------- 36 % ---------- 30.7%
2. 16 – 30 = 2. 17 – 29 =
----- 24.5% ---------- 22.9 %
3. 19 – 26 = 3. 19 – 25 =
------ 20.3 % ---------17.1 %
4. 22 – 24 = 4. 22 – 24 =
--------16.0 % --------12.3 %
5. 24 – 22 = 5. 23 – 22 =
KAWASAKI NINJA (6 PERCEPATAN)
1 0 – 27 = 1. 10 – 24 =
--------- 36.8 %
2. 17 – 29 = 2. 18 – 29 =
-------- 23.8 %
3. 20 – 26 = 3. 20 – 25 =
-------- 16.1 %
4. 22 – 24 = 4. 22 – 23 =
-------- 12.7 %
5. 21 – 20 = 5. 21 – 20 =
--------- 9.3 %
6. 22 – 19 = 6. 21 – 19 =
YAMAHA RX – Z
1 2 – 34 = 1. 15 – 31 = 1. 15 – 32 = 1. 14 – 32 =
-----24.6 % ------ 36.0 % ------- 26.2 % -------24.7 %
2. 16 – 29 = 2. 18 – 28 = 2. 18 – 28 = 2. 17 – 27 =
----19.2 % ------ 24.5 % ------- 17.5 % ----- 18.8 %
3. 19 – 26 = 3. 19 – 24 = 3. 19 – 24 = 3. 19 – 24 =
------ 16.7 % ------ 16.5 % ---------- 11.3 % ----- 12.9 %
4. 21 – 24 = 4. 20 – 22 = 4. 20 – 22 = 4. 20 – 22 =
------- 11.6 5 --------- 12.5 % --------- 7.4 % ----- 9.1 %
5. 23 – 23 = 5. 23 – 23 = 5. 23 – 23 = 5. 23 – 23 =
---- 9.5 % ----------8.3 % --------- 7.4 % ------7.7 %
6. 24 – 22 = 6. 26 – 24 = 6. 27 – 25 = 6. 26 – 24 =
YAMAHA TZ – 125 R YAMAHA YZ – 125
1. 15 – 30 = 1. 13 – 32 =
------ 30.5 % ----- 27. %
2. 21 – 31 = 2. 14 – 26 =
----------- 20.5 % ---------- 18.8 %
3. 23 – 28 = 3. 16 – 24 =
-------- 12.9% -------12.9 %
4. 27 – 27 = 4. 20 – 25 =
-------- 9.1 % -------- 9.1 %
5. 23 – 23 = 5. 19 – 21 =
-------- 7.7 % ---------- 7.4 %
6. 27 – 25 = 6. 20 – 20 =
SUMBER : http://korekmesin.com/article/48094/perhitungan-gigi-rasio-rx-king-dan-ninja.html
Perhitungan gigi rasio 4 Tak
para korek mesin motor berikut adalah perhitungan gigi rasio balap:
YUPITER 11O STD CLOSE RATIO
1 2 – 38 = 3.166 1. 13 – 36 = 2.769 1. 13 – 36 =
-------33.8 % ------ 33.8 % --- 1.224 = 38.6 %
2. 17 – 33 = 1.942 2. 18 – 33 = 1.833 2. 18 – 33 =
--------24.7 % ------ 24.7 % ---0.562 = 28.9 %
3. 21 – 29 = 1.380 3. 21 – 29 = 1.380 3. 21 – 29 =
--------18.1 % --------17.2 % ----0.285 = 20.6 %
4. 21 – 23 = 1.095 4. 21 – 24 = 1.142 4. 23 – 26 =
YUPITER MX 135
1 2 – 34 = 2.833 1. 12 – 32 = 2.666
------32.0 % -------0.958 = 33.8 %
2. 16 – 30 = 1.875 2. 16 – 29 = 1.812
, -------22.1 % ------0.523 = 27.8 %
3. 17 – 23 = 1.352 3. 17 – 24 = 1.411
--------18.4 % --------0.307 = 22.7 %
4. 22 – 23 = 1.045 4. 20 – 23 = 1.150
SHOGUN 125 STD
1 1 – 33 = 3.000 1. 13 – 30 = 2.307 1. 13 – 31 =
------1,215 = 40.0 5 -------27.7 %
2. 14 – 25 = 1.785 2. 15 – 25 = 1.666 2. 15 – 25 =
---0.491 = 27.5 % ----------- 22.3 %
3. 17 – 22 = 1.294 3. 17 – 22 = 1.294 3. 17 – 22 =
-- -----0.242 = 18.0 % ------------14.6 %
4. 19 – 20 = 1.052 4. 19 – 21 = 1.105 4. 19 – 21 =
NEW SMASH
1 1 – 33 = 3.000 1. 13 – 33 = 1. 13 – 30 = 1. 13 – 30 =
-----31,1 % ---1.125 = 37.5 %
2. 16 – 30 = 1.875 2. 16 – 28 = 2. 15 – 25 = 2. 16 – 28 =
------21.8 % ------ 0.507 = 27.0 %
3. 19 – 26 = 1.368 3. 19 – 26 = 3. 17 – 23 = 3. 17 – 23 =
-----15.4 % -----0.316 = 23.1 %
4. 19 – 20 = 1.052 4. 19 – 22 = 4. 19 – 20 = 4. 19 – 21 =
HONDA SUPRA
1. 12 – 34 = 2.833 1. 12 – 31 = 2.583 1. 13 – 31 = 2.384
-------- 1.128 = 39.8 % ---------33.9 % ----32.4 %
2. 17 – 29 = 1.705 2. 17 – 29 = 1.705 2. 18 – 29 = 1.611
----0.467 = 27.3 % ----- 23.7 % ------23.1 %
3. 21 – 26 = 1.238 3. 20 – 26 = 1.300 3. 21 – 26 = 1.238
----0.285 = 23.0 % ------19.6 % ------- 15.5 %
4. 24 – 23 = 0.958 4. 22 – 23 = 1.045 4. 22 – 23 = 1.045
1 2 – 31 = 2.583 1. 12 – 32 = 2.667
----------33.9 % ----------------36.0 %
2. 17 – 29 = 1.705 2. 17 – 29 = 1.705
-----------24.6 % ---------------24.6 %
3. 21 – 27 = 1.285 3. 21 – 27 = 1.285
-----------18.6 % ---------------18.8 %
4. 22 – 23 = 1.045 4. 22 – 24 = 1.043
KARISMA / SUPRA X
1 4 – 35 = 2.500 1. 14 – 34 = 2.428
----------0.950 = 38.0 5 -----------30.6 %
2. 20 – 31 = 1.550 2. 19 – 32 = 1.684
----------0.400 = 25.8 % ----------- 21.9 %
3. 20 – 23 = 1.150 3. 19 – 25 = 1.315
----------0.227 = 19.7 % ------------16.3 %
4. 26 – 24 = 0.923 4. 20 – 22 = 1.100
KAZE / BLITZ
1 2 – 36 = 3.000 1. 13 – 36 = 2.769
-----1.063 = 35.4 % ----------34.1 %
2. 16 – 31 = 1.937 2. 17 – 31 = 1.823
-----0.587 = 30.3 % ----------25.9 %
3. 20 – 27 = 1.350 3. 20 – 27 = 1.350
---------0.264 =19.5 % ----------19.5 %
4. 23 – 25 = 1.086 4. 23 – 25 = 1.086
YAMAHA F 1 ZR
1 2 – 39 = 3.250 1. 14 – 30 = 2.142 1. 14 – 31 =
-----1.438 = 44 % ------32.5 %
2. 16 – 29 = 1.812 2. 18 – 26 = 1.444 2. 18 – 27 =
-------0.612 = 33.7 % ---16.8 %
3. 20 – 24 = 1.200 3. 20 – 24 = 1.200
------ 0.155 = 12.9 % ------ 12.9 %
4. 22 – 23 = 1.045 4. 22 – 23 = 1.045
YUPITER 11O STD CLOSE RATIO
1 2 – 38 = 3.166 1. 13 – 36 = 2.769 1. 13 – 36 =
-------33.8 % ------ 33.8 % --- 1.224 = 38.6 %
2. 17 – 33 = 1.942 2. 18 – 33 = 1.833 2. 18 – 33 =
--------24.7 % ------ 24.7 % ---0.562 = 28.9 %
3. 21 – 29 = 1.380 3. 21 – 29 = 1.380 3. 21 – 29 =
--------18.1 % --------17.2 % ----0.285 = 20.6 %
4. 21 – 23 = 1.095 4. 21 – 24 = 1.142 4. 23 – 26 =
YUPITER MX 135
1 2 – 34 = 2.833 1. 12 – 32 = 2.666
------32.0 % -------0.958 = 33.8 %
2. 16 – 30 = 1.875 2. 16 – 29 = 1.812
, -------22.1 % ------0.523 = 27.8 %
3. 17 – 23 = 1.352 3. 17 – 24 = 1.411
--------18.4 % --------0.307 = 22.7 %
4. 22 – 23 = 1.045 4. 20 – 23 = 1.150
SHOGUN 125 STD
1 1 – 33 = 3.000 1. 13 – 30 = 2.307 1. 13 – 31 =
------1,215 = 40.0 5 -------27.7 %
2. 14 – 25 = 1.785 2. 15 – 25 = 1.666 2. 15 – 25 =
---0.491 = 27.5 % ----------- 22.3 %
3. 17 – 22 = 1.294 3. 17 – 22 = 1.294 3. 17 – 22 =
-- -----0.242 = 18.0 % ------------14.6 %
4. 19 – 20 = 1.052 4. 19 – 21 = 1.105 4. 19 – 21 =
NEW SMASH
1 1 – 33 = 3.000 1. 13 – 33 = 1. 13 – 30 = 1. 13 – 30 =
-----31,1 % ---1.125 = 37.5 %
2. 16 – 30 = 1.875 2. 16 – 28 = 2. 15 – 25 = 2. 16 – 28 =
------21.8 % ------ 0.507 = 27.0 %
3. 19 – 26 = 1.368 3. 19 – 26 = 3. 17 – 23 = 3. 17 – 23 =
-----15.4 % -----0.316 = 23.1 %
4. 19 – 20 = 1.052 4. 19 – 22 = 4. 19 – 20 = 4. 19 – 21 =
HONDA SUPRA
1. 12 – 34 = 2.833 1. 12 – 31 = 2.583 1. 13 – 31 = 2.384
-------- 1.128 = 39.8 % ---------33.9 % ----32.4 %
2. 17 – 29 = 1.705 2. 17 – 29 = 1.705 2. 18 – 29 = 1.611
----0.467 = 27.3 % ----- 23.7 % ------23.1 %
3. 21 – 26 = 1.238 3. 20 – 26 = 1.300 3. 21 – 26 = 1.238
----0.285 = 23.0 % ------19.6 % ------- 15.5 %
4. 24 – 23 = 0.958 4. 22 – 23 = 1.045 4. 22 – 23 = 1.045
1 2 – 31 = 2.583 1. 12 – 32 = 2.667
----------33.9 % ----------------36.0 %
2. 17 – 29 = 1.705 2. 17 – 29 = 1.705
-----------24.6 % ---------------24.6 %
3. 21 – 27 = 1.285 3. 21 – 27 = 1.285
-----------18.6 % ---------------18.8 %
4. 22 – 23 = 1.045 4. 22 – 24 = 1.043
KARISMA / SUPRA X
1 4 – 35 = 2.500 1. 14 – 34 = 2.428
----------0.950 = 38.0 5 -----------30.6 %
2. 20 – 31 = 1.550 2. 19 – 32 = 1.684
----------0.400 = 25.8 % ----------- 21.9 %
3. 20 – 23 = 1.150 3. 19 – 25 = 1.315
----------0.227 = 19.7 % ------------16.3 %
4. 26 – 24 = 0.923 4. 20 – 22 = 1.100
KAZE / BLITZ
1 2 – 36 = 3.000 1. 13 – 36 = 2.769
-----1.063 = 35.4 % ----------34.1 %
2. 16 – 31 = 1.937 2. 17 – 31 = 1.823
-----0.587 = 30.3 % ----------25.9 %
3. 20 – 27 = 1.350 3. 20 – 27 = 1.350
---------0.264 =19.5 % ----------19.5 %
4. 23 – 25 = 1.086 4. 23 – 25 = 1.086
YAMAHA F 1 ZR
1 2 – 39 = 3.250 1. 14 – 30 = 2.142 1. 14 – 31 =
-----1.438 = 44 % ------32.5 %
2. 16 – 29 = 1.812 2. 18 – 26 = 1.444 2. 18 – 27 =
-------0.612 = 33.7 % ---16.8 %
3. 20 – 24 = 1.200 3. 20 – 24 = 1.200
------ 0.155 = 12.9 % ------ 12.9 %
4. 22 – 23 = 1.045 4. 22 – 23 = 1.045
Usir suara berisik gir rasio Mio
Gambar 1
Gbr 1
Gambar 2
Gbr 2
Gambar 3
Gbr 3
Gambar 4
Gbr 4
Kisah itu dialami Edi Sumaryo warga Cipondoh, Tangerang, Banten. "Iya waktu saya sedang enak jalan sama istri dan anak, tiba-tiba ada suara dari dalam CVT.
Bukan suara knalpot, tapi bunyinya setiap di atas kecepatan 60 km/jam," kata pria berambut putih ini.
Nah, gara-gara masalah itu Edi dan keluarganya batal JJS. Wah, kacau deh! Tapi biar enggak nyusahin terus, Yamaha Mio 115 cc keluaran 2008 itu digelandang ke bengkel Bonano Fiananda (BO) di Jl. KH. Maulana Hasanudin, Porisgaga Batu Ceper, Tangerang, Banten.
Di BO Edi bertemu Muhammad Nurdiansyah, mekanik BO. Dia menceritakan yang dialami pada besutannya.
Setelah Edi curhat sama pria ramah yang biasa disapa Aan itu, skutik yang katanya market leader itu pun langsung dibongkar.
Gambar 5
Gbr 5
Gambar 6
Gbr 6
Setelah dicek and ricek, ternyata pemicu suara yang keluar dari dalam CVT adalah gigi rasio (gbr.1). "Memang kalo gigi rasio itu renggang antara primer dan skunder akan menimbulkan bunyi (gbr.2).
Karena antara gigi rasio dan primer terdapat satu ring besar, jadi kalau enggak rapat ring itu akan bergetar. Makanya kalo motor dalam keadaan kencang jangan direm mendadak, itu bisa membuat gigi rasio jadi abis alias ompong," jelas Aan.
Biar gak beli baru, solusinya dipres dan dilas kuningan. Penasaran kan, apa yang dilakukan Aan. Yuk kita lihat. Sebelum dibongkar, siapkan dulu perkakas yang diperlukan; T-8, tracker, kunci sok ukuran 24 dan kunci L-5.
Gambar 7
Gbr 7
Pertama buka 22 baut yang mengunci di bak CVT menggunakan kunci T-8 (gbr.3). Lalu lepas kopling sentrifugal dengan kunci sok 24 (gbr.4). "Jangan lupa pakai tracker biar gampang buka sentrifugalnya," tambahnya.
Setelah itu copot baut L penutup rasio sebanyak lima buah pakai kunci L-5 (gbr.5). Kalau sudah buka, rasionya dipres menggunakan alat catokan pres (gbr.6). "Biar rasio itu gak kambuh lagi maka harus dilas kuningan (gbr.7)," bilang pria ini sambil tersenyum.
Buat biayanya, cukup bayar Rp 50 ribu. "Itu sudah berikut ongkos pasang, lo," ucapnya. Hasilnya, skutik Edi sudah enggak 'sakit' lagi, deh.
Sumber :Penulis/Foto: Jotos / Jotos - otomotifnet.com
Senin, 22 Agustus 2011
OTOMOTIFNET - Namanya motor apapun, dipakai tiap hari, pasti komponennya akan mengalami keausan dan kerusakan. Kalau sudah begitu, tak heran bila kemudian hari mulai menimbulkan beberapa keluhan. Misal suara berisik ataupun suara-suara lain yang kurang mengenakkan.
Seperti dialami Muh. Agus Santoso, pada Honda BeAT 2008 tunggangannya. “Awal keluar dari dealer, tidak ada masalah. Nah setelah sekitar 1,5 tahun saya pakai, muncul suara berisik; krotok..krotok.. dari dalam CVT. Wah, kenapa ya? Bengkel langganan menganjurkan mengganti roller-nya, karena dipastikan roller sudah aus/peyang,” beber Agus.
Setelah CVT dibongkar, roller peyang dan emang sudah kudu diganti. Tapi setelah diganti, ternyata suara tersebut masih ada. “Emang sih, kali ini enggak sekeras sebelum ganti roller. Hanya terdengar saat motor berhenti/stasioner. Meskipun suaranya agak pelan, tapi bikin tidak nyaman aja,” tutur warga Cipulir, Jaksel ini.
Lantaran bengkel langganannya belum menemukan solusi, Agus coba mampir ke Hasan Motor (HM) di Kelapa Dua Raya, Kebon Jeruk, Jakbar, untuk atasi hal itu. “Kalau kasusnya seperti ini, dipastikan karet pada tutup roller beserta dudukannya sudah aus. Sehingga ada celah/rongga yang agak besar (gbr.1),” beber Hasan Basri, empunya HM.
Masih ujarnya. “Berhubung kerja peranti ini buka tutup atau bergeser keluar masuk seiring putaran mesin, gesekan tersebut mengakibatkan terjadinya keausan (gbr.2). Nah kalau rongganya semakin besar, otomatis suara krotok-krotok juga makin keras berasal dari part yang berongga ini. Biar suaranya hilang, harus ganti ke-3 karet tersebut.”
Nah, kalo di dealer maupun toko onderdil masih susah nyari pengganti karet ini (gbr.3), Hasan ambil solusi mengganjal celah tersebut dengan slang aki. “Meskipun karet itu diganti baru, kalau rumah roller tidak sekalian diganti, kemungkinan suara berisik masih ada. Karena alur untuk lewat karet tersebut masih tetap aus,” tegas bapak 2 anak ini.
Mau tahu cara mengganjalnya? Gampang, kok! “Siapkan slang aki yang masih baru/lentur. Kemudian potong bagian ujungnya, kurang lebih 1 cm. Lanjutkan membelah bagian tengahnya pakai gunting atau alat lain (gbr.4). Kalau sudah, tinggal memasukkan potongan slang tersebut ke bagian celah/rongga yang aus (gbr.5),” anjur pria pengalaman lebih dari 10 tahun ini.
“Memang benar! Setelah ketiga celah yang bersinggungan/bergesekan antara karet dan alurnya diganjal slang, suara krotok-krotoknya langsung hilang,” yakin Agus.
Penulis/Foto: Banar / Banar
Tiga Jurus Andalan Atasi Suzuki Satria FU Nembak
OTOMOTIFNET - Bawaan lahir, Suzuki Satria FU 150 sudah berbekal teknologi DOHC dan kapasitas ruang bakar 150 cc. Hal ini yang membuat motormania banyak menyukainya. Tak heran pula bila empunya besutan sangat yakin akan performanya yang tangguh untuk jalan di segala medan.
Meski demikian, ada beberapa pembesutnya yang mengeluh kalau timbul suara tembakan dar..der..dor dari knalpot. “Meski suaranya tidak keras, namun bikin enggak nyaman dan kurang enak saja di dengar,” aku Toni, pembesut Satria F 150 yang mengalami masalah ini.
Eits, jangan khawatir, pastinya ada solusinya. “Kemungkinan pertama celah busi terlalu rapat, slang PAIR (pulsed secondary air injection) retak atau lepas dan pilot jet kekecilan,” ungkap Hasan Basri, empunya bengkel Hasan Motor di Kelapa Dua Raya, Kebon Jeruk, Jakbar.
Gbr 1
Gbr 2
Gbr 3
Gbr 4
Busi
Anjuran pabrik, kerenggangan celah busi standar Satria FU adalah 0,7-0,8 mm (gbr.1). Namun entah karena sengaja dirapetin atau karena pemakaian serta jarang dicek, tak jarang kerenggangan berubah menjadi lebih rapat atau sebaliknya.
“Kalau celah busi terlalu rapat, efeknya pembakaran kurang sempurna, dikarenakan bensin yang masuk ke ruang bakar banyak, namun letikan apinya kurang maksimal. Ujungnya bisa timbul ledakan di saluran gas buang. Solusinya setel celah busi sesuai anjuran pabrik,” beber Hasan.
Slang PAIR
Seperti halnya besutan lain, tunggangan ini juga dilengkapi PAIR yang berfungsi untuk menekan emisi gas buang. Namun kalau komponennya ada yang bermasalah, seperti slangnya lepas atau retak, berdampak timbul ledakan di knalpot.
“Sering kejadian, slang PAIR retak (gbr.2). Sehingga ada kebocoran dan mengakibatkan udara luar masuk. Hal ini juga bikin knalpot nembak. Cara mengatasinya, potong saja slang yang retak,” yakin pria pengalaman lebih dari 10 tahun ini.
Pilot Jet
Bawaan pabrik, tunggangan berlambang S ini karburatornya dibekali pilot jet (PJ) ukuran 12,5. Efeknya ada yang mengeluh pada putaran bawah agak brebet serta timbul gejala nembak-nembak dari lubang knalpot saat puntiran gas dilepas.
“Itu karena lubangnya kekecilan, sehingga konsumsi bensin ke ruang bakar agak tercekik (irit). Hal ini banyak dialami pembesut Satria F yang datang ke sini. Solusinya, lepas PJ orisinalnya pakai obeng min (gbr.3) kemudian ganti dengan PJ ukuran lebih besar, yakni 17,5 (gbr.4),” aku Harley Togubu Evans mekanik dari Straight Line yang bermarkas di daerah Purigading, Bekasi.
Penulis/Foto: Banar / Banar
Meski demikian, ada beberapa pembesutnya yang mengeluh kalau timbul suara tembakan dar..der..dor dari knalpot. “Meski suaranya tidak keras, namun bikin enggak nyaman dan kurang enak saja di dengar,” aku Toni, pembesut Satria F 150 yang mengalami masalah ini.
Eits, jangan khawatir, pastinya ada solusinya. “Kemungkinan pertama celah busi terlalu rapat, slang PAIR (pulsed secondary air injection) retak atau lepas dan pilot jet kekecilan,” ungkap Hasan Basri, empunya bengkel Hasan Motor di Kelapa Dua Raya, Kebon Jeruk, Jakbar.
Gbr 1
Gbr 2
Gbr 3
Gbr 4
Busi
Anjuran pabrik, kerenggangan celah busi standar Satria FU adalah 0,7-0,8 mm (gbr.1). Namun entah karena sengaja dirapetin atau karena pemakaian serta jarang dicek, tak jarang kerenggangan berubah menjadi lebih rapat atau sebaliknya.
“Kalau celah busi terlalu rapat, efeknya pembakaran kurang sempurna, dikarenakan bensin yang masuk ke ruang bakar banyak, namun letikan apinya kurang maksimal. Ujungnya bisa timbul ledakan di saluran gas buang. Solusinya setel celah busi sesuai anjuran pabrik,” beber Hasan.
Slang PAIR
Seperti halnya besutan lain, tunggangan ini juga dilengkapi PAIR yang berfungsi untuk menekan emisi gas buang. Namun kalau komponennya ada yang bermasalah, seperti slangnya lepas atau retak, berdampak timbul ledakan di knalpot.
“Sering kejadian, slang PAIR retak (gbr.2). Sehingga ada kebocoran dan mengakibatkan udara luar masuk. Hal ini juga bikin knalpot nembak. Cara mengatasinya, potong saja slang yang retak,” yakin pria pengalaman lebih dari 10 tahun ini.
Pilot Jet
Bawaan pabrik, tunggangan berlambang S ini karburatornya dibekali pilot jet (PJ) ukuran 12,5. Efeknya ada yang mengeluh pada putaran bawah agak brebet serta timbul gejala nembak-nembak dari lubang knalpot saat puntiran gas dilepas.
“Itu karena lubangnya kekecilan, sehingga konsumsi bensin ke ruang bakar agak tercekik (irit). Hal ini banyak dialami pembesut Satria F yang datang ke sini. Solusinya, lepas PJ orisinalnya pakai obeng min (gbr.3) kemudian ganti dengan PJ ukuran lebih besar, yakni 17,5 (gbr.4),” aku Harley Togubu Evans mekanik dari Straight Line yang bermarkas di daerah Purigading, Bekasi.
Penulis/Foto: Banar / Banar
Mesin Susah Hidup Waktu Dingin?
Kata Tommy Bramantya, technical support yang mantan kepala instruktur Hartomo Mechanical Training Center (HMTC) Depok, Jabar, umumnya ada 3 item yang bisa menyebabkan hal itu. Yakni bahan bakar, kompresi dan pengapian. “Ketiga item ini adalah basic atau kunci dari motor bakar. Jika bahan bakar mengabut sempurna, kompresinya ideal dan pengapian bagus, dijamin mesin akan mudah hidup,” terangnya.
Keran bensin, baik model konvensional maupun vakum juga kudu rajin dibersihkan dari kotoran
Cek tekanan kompresi bagus atau tidak. Bisa dengan cara manual seperti ini
Gbr 5Pastikan saluran bensin dari tangki ke karburator, termasuk filter bensin
Lubang hawa ditutup tangki tersumbat bisa menyebabkan bensin ogah ngalir ke karburator
Tapi sebaliknya, lanjut Tommy, jika ada salah satu saja yang kerjanya tidak sempurna atau tidak berfungsi, bisa dipastikan mesin akan susah hidup atau bahkan enggak mau hidup sama sekali. “Paling sering terjadi pada kasus mesin susah hidup waktu kondisi dingin adalah permasalahan pada bahan bakar,” tambah Tommy.
Bisa dari karburator kotor atau banyak endapan yang menyebabkan penyempitan pada saluran pelepasan bahan bakarnya. Sehingga mengakibatkan proses pengabutan jadi kurang sempurna. “Biasanya kotoran dan endapan muncul dari bahan bakar yang kualitasnya jelek atau karena karburator jarang diservis (dibersihkan),” tukasnya. Tuh dengerin, jadi kalau isi bahan bakar sebaiknya ke SPBU terpecaya dan jangan malas servis motor ke bengkel ya!
Penyebab lainnya bisa juga karena aliran bahan bakar dari tangki ke karburator tersendat. Sehingga bensin tidak mengisi karburator dengan baik. Penyebabnya bisa dari tangki yang banyak kotoran/endapan, filter bensin kotor atau keran bensin bermasalah. “Lubang hawa pada tutup bensin tersumbat juga bisa menyebabkan bensin tak mau mengalir ke karbu,” jelas Tommy.
Bila pada sistem bahan bakar tidak ada masalah, Tommy menyarankan coba cek kompresi mesin. Dengan cara melepas busi terlebih dulu, lalu tempelkan jari ke lubang busi dan coba sela kick starter-nya. Bila tekanan dalam ruang bakar masih baik dan kuat, tandanya kompresi mesin masih bagus.
“Karena jika kompresinya sampai turun, jelas akan membuat mesin jadi susah hidup dan tenaga drop. Turunnya kompresi bisa disebabkan klep bocor, setelan klep tidak tepat atau paking kepala silinder bocor,” urai pria jangkung murah senyum ini.
Nah, langkah berikutnya jika kedua item tadi fine-fine saja adalah memeriksa pengapian. Tapi untuk item ini, kita akan bahas tersendiri di edisi mendatang ya.
Penulis : Dic | Teks Editor : AZ | Foto : Andhika
Efek Seting Klep Tidak Tepat
Menjaga kinerja stasioner tetap sempurna, salah satu part yang mesti dipantau adalah kerapatan klep. Jika tidak sesuai kebutuhan, pengaruhnya ke idel mesin. Stasionernya naik-turun. Indikatornya bisa lihat cahaya lampu. Ketika mesin hidup stationer, cahayanya tetap.
Begitu mendadak terang, artinya rpm naik sendiri tanpa putar gas. Cuma kan cahaya lampu dari beban kerja magnet yang ikuti putaran mesin, lho! (motorplus-online.com)
Penulis : Eka | Teks Editor : Nurfil | Foto : Dok.Motor Plus
Selasa, 09 Agustus 2011
motor injeksi
SISTEM BAHAN BAKAR INJEKSI (EFI)
1. Perkembangan Sistem Bahan Bakar Injeksi
Sistem bahan bakar tipe injeksi merupakan langkah inovasi yang sedang dikembangkan untuk diterapkan pada sepeda motor. Tipe injeksi sebenarnya sudah mulai diterapkan pada sepeda motor dalam jumlah terbatas pada tahun 1980-an, dimulai dari sistem injeksi mekanis kemudian berkembang menjadi sistem injeksi elektronis. Sistem injeksi mekanis disebut juga sistem injeksi kontinyu (K-Jetronic) karena injektor menyemprotkan secara terus menerus ke setiap saluran masuk (intake manifold). Sedangkan sistem injeksi elektronis atau yang lebih dikenal dengan Electronic Fuel Injection (EFI), volume dan waktu penyemprotannya dilakukan secara elektronik. Sistem EFI kadang disebut juga dengan EGI (Electronic Gasoline Injection), EPI (Electronic Petrol Injection), PGM-FI (Programmed Fuel Injenction) dan Engine Management.
Penggunaan sistem bahan bakar injeksi pada sepeda motor komersil di Indonesia sudah mulai dikembangkan. Salah satu contohnya adalah pada salah satu tipe yang di produksi Astra Honda Mesin, yaitu pada Supra X 125. Istilah sistem EFI pada Honda adalah PGM-FI (Programmed Fuel Injection) atau sistem bahan bakar yang telah terprogram. Secara umum, penggantian sistem bahan bakar konvensional ke sistem EFI dimaksudkan agar dapat meningkatkan unjuk kerja dan tenaga mesin (power) yang lebih baik, akselarasi yang lebih stabil pada setiap putaran mesin, pemakaian bahan bakar yang ekonomis (iriit), dan menghasilkan kandungan racun (emisi) gas buang yang lebih sedikit sehingga bisa lebih ramah terhadap lingkungan. Selain itu, kelebihan dari mesin dengan bahan bakar tipe injeksi ini adalah lebih mudah dihidupkan pada saat lama tidak digunakan, serta tidak terpengaruh pada temperatur di lingkungannya.
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 1
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
2. Prinsip Kerja Sistem EFI
Istilah sistem injeksi bahan bakar (EFI) dapat digambarkan sebagai suatu sistem yang menyalurkan bahan bakarnya dengan menggunakan pompa pada tekanan tertentu untuk mencampurnya dengan udara yang masuk ke ruang bakar. Pada sistem EFI dengan mesin berbahan bakar bensin, pada umumnya proses penginjeksian bahan bakar terjadi di bagian ujung intake manifold/manifold masuk sebelum inlet valve (katup/klep masuk). Pada saat inlet valve terbuka, yaitu pada langkah hisap, udara yang masuk ke ruang bakar sudah bercampur dengan bahan bakar.
Secara ideal, sistem EFI harus dapat mensuplai sejumlah bahan bakar yang disemprotkan agar dapat bercampur dengan udara dalam perbandingan campuran yang tepat sesuai kondisi putaran dan beban mesin, kondisi suhu kerja mesin dan suhu atmosfir saat itu. Sistem harus dapat mensuplai jumlah bahan bakar yang bervariasi, agar perubahan kondisi operasi kerja mesin tersebut dapat dicapai dengan unjuk kerja mesin yang tetap optimal.
3. Konstruksi Dasar Sistem EFI
Secara umum, konstruksi sistem EFI dapat dibagi menjadi tiga bagian/sistem utama, yaitu; a) sistem bahan bakar (fuel system), b) sistem kontrol elektronik (electronic control system), dan c) sistem induksi/pemasukan udara (air induction system). Ketiga sistem utama ini akan dibahas satu persatu di bawah ini.
Jumlah komponen-komponen yang terdapat pada sistem EFI bisa berbeda pada setiap jenis sepeda mesin. Semakin lengkap komponen sistem EFI yang digunakan, tentu kerja sistem EFI akan lebih baik sehingga bisa menghasilkan unjuk kerja mesin yang lebih optimal pula. Dengan semakin lengkapnya komponen-komponen sistem EFI (misalnya sensor-sensor), maka pengaturan koreksi yang diperlukan untuk mengatur perbandingan bahan bakar dan udara yang sesuai Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 2
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
dengan kondisi kerja mesin akan semakin sempurna. Gambar di bawah ini memperlihatkan contoh skema rangkaian sistem EFI pada Yamaha GTS1000 dan penempatan komponen sistem EFI pada Honda Supra X 125.
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
Gambar Penempatan Komponen Sistem EFI Honda Supra X 125.
a. Sistem Bahan Bakar
Komponen-komponen yang digunakan untuk menyalurkan bahan bakar ke mesin terdiri dari tangki bahan bakar (fuel pump), pompa bahan bakar (fuel pump), saringan bahan bakar (fuel filter), pipa/slang penyalur (pembagi), pengatur tekanan bahan bakar (fuel pressure regulator), dan injektor/penyemprot bahan bakar. Sistem bahan bakar ini berfungsi untuk menyimpan, membersihkan, menyalurkan dan menyemprotkan /menginjeksikan bahan bakar.
Gambar Komponen EFI Honda Supra X 125
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 4
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
Adapun fungsi masing-masing komponen pada sistem bahan bakar tersebut adalah sebagai berikut:
1) Fuel suction filter; menyaring kotoran agar tidak terisap pompa bahan bakar.
2) Fuel pump module; memompa dan mengalirkan bahan bakar dari tangki bahan bakar ke injektor. Penyaluran bahan bakarnya harus lebih banyak dibandingkan dengan kebutuhan mesin supaya tekanan dalam sistem bahan bakar bisa dipertahankan setiap waktu walaupun kondisi mesin berubahubah.
Gambar Konstruksi Fuel Pump Module
3) Fuel pressure regulator; mengatur tekanan bahan bakar di dalam sistem aliran bahan bakar agar tetap/konstan. Contohnya pada Honda Supra X 125 PGM-FI tekanan dipertahankan pada 294 kPa (3,0 kgf/cm2, 43 psi). Bila bahan bakar yang dipompa menuju injektor terlalu besar (tekanan bahan bakar melebihi 294 kPa (3,0 kgf/cm2, 43 psi)) pressure regulator mengembalikan bahan bakar ke dalam tangki.
4) Fuel feed hose; slang untuk mengalirkan bahan bakar dari tangki menuju injektor. Slang dirancang harus tahan tekanan bahan bakar akibat dipompa dengan tekanan minimal sebesar Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 5
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
tekanan yang dihasilkan oleh pompa.
5) Fuel Injector; menyemprotkan bahan bakar ke saluran masuk (intake manifold) sebelum, biasanya sebelum katup masuk, namun ada juga yang ke throttle body. Volume penyemprotan disesuaikan oleh waktu pembukaan nozel/injektor. Lama dan banyaknya penyemprotan diatur oleh ECM (Electronic/Engine Control Module) atau ECU (Electronic Control Unit).
Gambar Konstruksi Injektor
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 6
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
Terjadinya penyemprotan pada injektor adalah pada saat ECU memberikan tegangan listrik ke solenoid coil injektor. Dengan pemberian tegangan listrik tersebut solenoid coil akan menjadi magnet sehingga mampu menarik plunger dan mengangkat needle valve (katup jarum) dari dudukannya, sehingga saluran bahan bakar yang sudah bertekanan akan memancar keluar dari injektor.
Gambar Penempatan Injektor Pada Throttlt Body
Skema aliran sistem bahan bakar pada sistem EFI adalah sebagai berikut:
Gambar Skema Aliran Sistem Bahan Bakar EFI
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 7
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
b. Sistem Kontrol Elektronik
Komponen sistem kontrol elektronik terdiri dari beberapa sensor (pengindera), seperti MAP (Manifold Absolute Pressure) sensor, TP (Throttle Position) sensor, IAT (Intake Air Temperature) sensor, bank angle sensor, EOT (Engine Oil Temperature) sensor, dan sensor-sensor lainnya. Pada sistem ini juga terdapat ECU (Electronic Control Unit) atau ECM dan komponenkomponen tambahan seperti alternator (magnet) dan regulator/rectifier yang mensuplai dan mengatur tegangan listrik ke ECU, baterai dan komponen lain. Pada sistem ini juga terdapat DLC (Data Link Connector) yaitu semacam soket dihubungkan dengan engine analyzer untuk mecari sumber kerusakan komponen
Gambar Rangkaian Sistem Kontrol Elektronik Supra X 125
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 8
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
Secara garis besar fungsi dari masing-masing komponen sistem kontrol elektronik antara lain sebagai berikut;
1) ECU/ECM; menerima dan menghitung seluruh informasi/data yang diterima dari masing-masing sinyal sensor yang ada dalam mesin. Informasi yang diperoleh dari sensor antara lain berupa informasi tentang suhu udara, suhu oli mesin, suhu air pendingin, tekanan atau jumlah udara masuk, posisi katup throttle/katup gas, putaran mesin, posisi poros engkol, dan informasi yang lainnya. Pada umumnya sensor bekerja pada tegangan antara 0 volt sampai 5 volt. Selanjutnya ECU/ECM menggunakan informasi-informasi yang telah diolah tadi untuk menghitung dan menentukan saat (timing) dan lamanya injektor bekerja/menyemprotkan bahan bakar dengan mengirimkan tegangan listrik ke solenoid injektor. Pada beberapa mesin yang sudah lebih sempurna, disamping mengontrol injektor, ECU/ECM juga bisa mengontrol sistem pengapian.
2) MAP (Manifold absolute pressure) sensor; memberikan sinyal ke ECU berupa informasi (deteksi) tekanan udara yang masuk ke intake manifold. Selain tipe MAP sensor, pendeteksian udara yang masuk ke intake manifold bisa dalam bentuk jumlah maupun berat udara.
Jika jumlah udara yang dideteksi, sensornya dinamakan air flow meter, sedangkan jika berat udara yang dideteksi, sensornya dinamakan air mass sensor.
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 9
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
Gambar Contoh Posisi Penempatan Sensor
Yang Menyatu Dengan Throttle Body
3) IAT (Engine air temperature) sensor; memberikan sinyal ke ECU berupa informasi (deteksi) tentang suhu udara yang masuk ke intake manifold. Tegangan referensi/suplai 5 Volt dari ECU selanjutnya akan berubah menjadi tegangan sinyal yang nilainya dipengaruhi oleh suhu udara masuk.
4) TP (Throttle Position) sensor; memberikan sinyal ke ECU berupa informasi (deteksi) tentang posisi katup throttle/katup gas. Generasi yang lebih baru dari sensor ini tidak hanya terdiri dari kontak-kontak yang mendeteksi posisi idel/langsam dan posisi beban penuh, akan tetapi sudah merupakan potensiometer (variable resistor) dan dapat memberikan sinyal ke ECU pada setiap keadaan beban mesin. Konstruksi generasi
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 10
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
terakhir dari sensor posisi katup gas sudah full elektronis, karena yang menggerakkan katup gas adalah elektromesin yang dikendalikan oleh ECU tanpa kabel gas yang terhubung dengan pedal gas. Generasi terbaru ini memungkinkan pengontrolan emisi/gas buang lebih bersih karena pedal gas yang digerakkan hanyalah memberikan sinyal tegangan ke ECU dan pembukaan serta penutupan katup gas juga dilakukan oleh ECU secara elektronis.
5) Engine oil temperature sensor; memberikan sinyal ke ECU berupa informasi (deteksi) tentang suhu oli mesin.
6) Bank angle sensor; merupakan sensor sudut kemiringan. Pada sepeda motor yang menggunakan sistem EFI biasanya dilengkapi dengan bank angle sensor yang bertujuan untuk pengaman saat kendaraan terjatuh dengan sudut kemiringan 550
Gambar Bank Angle Sensor dan Posisi
Sudut Kemiringan Sepeda Motor
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 11
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
Sinyal atau informasi yang dikirim bank angle sensor ke ECU saat sepeda motor terjatuh dengan sudut kemiringan yang telah ditentukan akan membuat ECU memberikan perintah untuk mematikan (meng-OFF-kan) injektor, koil pengapian, dan pompa bahan bakar. Dengan demikian peluang terbakarnya sepeda motor jika ada bahan bakar yang tercecer atau tumpah akan kecil karena sistem pengapian dan sistem bahan bakar langsung dihentikan walaupun kunci kontak masih dalam posisi ON.
Gambar Sinyal atau informasi bank angle sensor ke ECU
Bank angle sensor akan mendeteksi setiap sudut kemiringan sepeda motor. Jika sudut kemiringan masih di bawah limit yang ditentukan, maka informasi yang dikirim ke ECU tidak sampai membuat ECU meng-OFF-kan ketiga komponen di atas.
Bagaimana dengan sudut kemiringan sepeda motor yang sedang menikung/berbelok?
Jika sepeda motor sedang dijalankan pada posisi menikung (walau kemiringannya melebihi 550), ECU tidak meng-OFFkan ketiga komponen tersebut. Pada saat menikung terdapat gaya centripugal yang membuat sudut kemiringan pendulum dalam bank angle sensor tidak sama dengan kemiringan sepeda motor.
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 12
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
Gambar Posisi Bank Engle Sensor Saat Sepeda Motor
Menikung dan Saat Terjatuh
Dengan demikian, walaupun sudut kemiringan sepeda motor sudah mencapai 550, tapi dalam kenyataannya sinyal yang dikirim ke ECU masih mengindikasikan bahwa sudut kemiringannya masih di bawah 550 sehingga ECU tidak meng-OFF-kan ketiga komponen tersebut. Selain sensor-sensor di atas masih terdapat sensor lainnya digunakan pada sistem EFI, seperti sensor posisi camshaft/poros nok, (camshaft position sensor) untuk mendeteksi posisi poros nok agar saat pengapiannya bisa diketahui, sensor posisi poros engkol (crankshaft position sensor) untuk mendeteksi putaran poros engkol, sensor air pendingin (water temperature sensor) untuk mendeteksi air pendingin di mesin dan sensor lainnya. Namun demikian, pada sistem EFI sepeda motor yang masih sederhana, tidak semua sensor dipasang.
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 13
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
c. Sistem Induksi Udara
Komponen yang termasuk ke dalam sistem ini antara lain; air cleaner/air box (saringan udara), intake manifold, dan throttle body (tempat katup gas). Sistem ini berfungsi untuk menyalurkan sejumlah udara yang diperlukan untuk pembakaran.
Gambar Konstruksi Throttle Body
4. Cara Kerja Sistem EFI
Sistem EFI atau PGM-FI (istilah pada Honda) dirancang agar bisa melakukan penyemprotan bahan bakar yang jumlah dan waktunya ditentukan berdasarkan informasi dari sensor-sensor. Pengaturan koreksi perbandingan bahan bakar dan udara sangat penting dilakukan agar mesin bisa tetap beroperasi/bekerja dengan sempurna pada berbagai kondisi kerjanya. Oleh karena itu, keberadaan sensor-sensor yang memberikan informasi akurat tentang kondisi mesin saat itu sangat menentukan unjuk kerja (performance) suatu mesin.
Semakin lengkap sensor, maka pendeteksian kondisi mesin dari berbagai karakter (suhu, tekanan, putaran, kandungan gas, getaran mesin dan sebagainya) menjadi lebih baik. Informasi-informasi tersebut sangat bermanfaat bagi ECU untuk diolah guna memberikan perintah
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 14
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
yang tepat kepada injektor, sistem pengapian, pompa bahan bakar dan sebagainya.
a. Saat Penginjeksian (Injection Timing) dan Lamanya Penginjeksian
Terdapat beberapa tipe penginjeksian (penyemprotan) dalam sistem EFI motor bensin (khususnya yang mempunyai jumlah silinder dua atau lebih), diantaranya tipe injeksi serentak (simoultaneous injection) dan tipe injeksi terpisah (independent injection). Tipe injeksi serentak yaitu saat penginjeksian terjadi secara bersamaan, sedangkan tipe injeksi terpisah yaitu saat penginjeksian setiap injektor berbeda antara satu dengan yang lainnya, biasanya sesuai dengan urutan pengapian atau firing order (FO).
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa penginjeksian pada motor bensin pada umumnya dilakukan di ujung intake manifod sebelum inlet valve (katup masuk). Oleh karena itu, saat penginjeksian (injection timing) tidak mesti sama persis dengan percikan bunga api busi, yaitu beberapa derajat sebelum TMA di akhir langkah kompresi. Saat penginjeksian tidak menjadi masalah walau terjadi pada langkah hisap, kompresi, usaha maupun buang karena penginjeksian terjadi sebelum katup masuk. Artinya saat terjadinya penginjeksian tidak langsung masuk ke ruang bakar selama posisi katup masuk masih dalam keadaan menutup. Misalnya untuk mesin 4 silinder dengan tipe injeksi serentak, tentunya saat penginjeksian injektor satu dengan yang lainnya terjadi secara bersamaan. Jika FO mesin tersebut adalah 1 – 3 – 4 – 2, saat terjadi injeksi pada silinder 1 pada langkah hisap, maka pada silinder 3 injeksi terjadi pada satu langkah sebelumnya, yaitu langkah buang. Selanjutnya pada silinder 4 injeksi terjadi pada langkah usaha, dan pada silinder 2 injeksi terjadi pada langkah kompresi.
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 15
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
Sedangkan lamanya (duration) penginjeksian akan bervariasi tergantung kondisi kerja mesin. Semakin lama terjadi injeksi, maka jumlah bahan bakar akan semakin banyak pula. Dengan demikian, seiring naiknya putara mesin, maka lamanya injeksi akan semakin bertambah karena bahan bakar yang dibutuhkan semakin banyak.
b. Cara Kerja Saat Kondisi Mesin Dingin
Pada saat kondisi mesin masih dingin (misalnya saat menghidupkan di pagi hari), maka diperlukan campuran bahan bakar dan udara yang lebih banyak (campuran kaya). Hal ini disebabkan penguapan bahan bakar rendah pada saat kondisi temperatur/suhu masih rendah. Dengan demikian akan terdapat sebagian kecil bahan bakar yang menempel di dinding intake manifold sehingga tidak masuk dan ikut terbakar dalam ruang bakar. Untuk memperkaya campuran bahan bakar udara tersebut, pada sistem EFI yang dilengkapi dengan sistem pendinginan air terdapat sensor temperatur air pendingin (engine/coolant temperature sensor) seperti terlihat pada gambar di bawah ini. Sensor ini akan mendeteksi kondisi air pendingin mesin yang masih dingin tersebut. Temperatur air pendingin yang dideteksi dirubah menjadi signal listrik dan dikirim ke ECU/ECM. Selanjutnya ECU/ECM akan mengolahnya kemudian memberikan perintah pada injektor dengan memberikan tegangan yang lebih lama pada solenoid injektor agar bahan bakar yang disemprotkan menjadi lebih banyak (kaya).
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 16
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
Gambar Sensor Air Pendingin (9) Yamaha GTS 1000
Sedangkan bagi mesin yang tidak dilengkapi dengan sistem pendinginan air, sensor yang dominan untuk mendeteksi kondisi mesin saat dingin adalah sensor temperatur oli/pelumas mesin (engine oil temperature sensor) dan sensor temperatur udara masuk (intake air temperature sensor). Sensor temperature oli mesin mendeteksi kondisi pelumas yang masih dingin saat itu, kemudian dirubah menjadi signal listrik dan dikirim ke ECU/ECM. Sedangkan sensor temperatur udara masuk mendeteksi temperatur udara yang masuk ke intake manifold. Pada saat masih dingin kerapatan udara lebih padat sehingga jumlah molekul udara lebih banyak dibanding temperatur saat panas. Agar tetap terjadi perbandingan campuran yang tetap mendekati ideal, maka ECU/ECM akan memberikan tegangan pada solenoid injektor sedikit lebih lama (kaya). Dengan demikian, rendahnya penguapan
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 17
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
bahan bakar saat temperatur masih rendah sehingga akan ada bahan bakar yang menempel di dinding intake manifold dapat diantisipasi dengan memperkaya campuran tersebut.
Gambar Engine Oil Temperature Sensor dan Intake Air
Temperature Sensor Honda Supra X 125
c. Cara Kerja Saat Putaran Rendah
Pada saat putaran mesin masih rendah dan suhu mesin sudah mencapai suhu kerjanya, ECU/ECM akan mengontrol dan memberikan tegangan listrik ke injektor hanya sebentar saja (beberapa derajat engkol) karena jumlah udara yang dideteksi oleh
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 18
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
MAP sensor dan sensor posisi katup gas (TP sensor ) masih sedikit. Hal ini supaya dimungkinkan tetap terjadinya perbandingan campuran bahan bakar dan udara yang tepat (mendekati perbandingan campuran teoritis atau ideal). Posisi katup gas (katup trotel) pada throttle body masih menutup pada saat putaran stasioner/langsam (putaran stasioner pada sepeda motor pada umumnya sekitar 1400 rpm). Oleh karena itu, aliran udara dideteksi dari saluran khusus untuk saluran stasioner. Sebagian besar sistem EFI pada sepeda motor masih menggunakan skrup penyetel (air idle adjusting screw) untuk putaran stasioner.
Gambar Saluran Masuk Untuk Putaran Staioner Saat Katup Throttle Masih Menutup Pada Sepeda Motor Honda Supra X 125
Berdasarkan informasi dari sensor tekanan udara (MAP sensor) dan sensor posisi katup gas (TP) sensor tersebut, ECU/ECM akan memberikan tegangan listrik kepada solenoid injektor untuk menyemprotkan bahan bakar. Lamanya penyemprotan/ penginjeksian hanya beberapa derajat engkol saja karena bahan bakar yang dibutuhkan masih sedikit.
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 19
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
Pada saat putaran mesin sedikit dinaikkan namun masih termasuk ke dalam putaran rendah, tekanan udara yang dideteksi oleh MAP sensor akan menjadi lebih tinggi dibanding saat putaran stasioner. Naiknya tekanan udara yang masuk mengindikasikan bahwa jumlah udara yang masuk lebih banyak. Berdasarkan informasi yang diperoleh oleh MAP sensor tersebut, ECU/ECM akan memberikan tegangan listrik sedikit lebih lama dibandingkan saat putara satsioner.
Gambar Posisi Skrup Penyetel Putaran Stasioner
Pada Throttle Body
Gambar diatas adalah ilustrasi saat mesin berputar pada putaran rendah, yaitu 2000 rpm. Seperti terlihat pada gambar, saat penyemprotan/penginjeksian (fuel injection) terjadi diakhir langkah buang dan lamanya penyemprotan/penginjeksian juga masih
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 20
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
beberapa derajat engkol saja karena bahan bakar yang dibutuhkan masih sedikit.
Gambar Contoh Penyemprotan Injektor Pada Saat
Putaran 2000 rpm
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa proses penyemprotan pada injektor terjadi saat ECU/ECM memberikan tegangan pada solenoid injektor. Dengan pemberian tegangan listrik tersebut solenoid coil akan menjadi magnet sehingga mampu menarik plunger dan mengangkat needle valve (katup jarum) dari dudukannya, sehingga bahan bakar yang berada dalam saluran bahan bakar yang sudah bertekanan akan memancar keluar dari injektor.
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 21
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
d. Cara Kerja Saat Putaran Menengah dan Tinggi
Pada saat putaran mesin dinaikkan dan kondisi mesin dalam keadaan normal, ECU/ECM menerima informasi dari sensor posisi katup gas (TP sensor) dan MAP sensor. TP sensor mendeteksi pembukaan katup trotel sedangkan MAP sensor mendeteksi jumlah/tekanan udara yang semakin naik. Saat ini deteksi yang diperoleh oleh sensor tersebut menunjukkan jumlah udara yang masuk semakin banyak. Sensor-sensor tersebut mengirimkan informasi ke ECU/ECM dalam bentuk signal listrik. ECU/ECM kemudian mengolahnya dan selanjutnya akan memberikan tegangan listrik pada solenoid injektor dengan waktu yang lebih lama dibandingkan putaran sebelumnya. Disamping itu saat pengapiannya juga otomatis dimajukan agar tetap tercapai pembakaran yang optimum berdasarkan infromasi yang diperoleh dari sensor putaran rpm. Gambar bawah ini adalah ilustrasi saat mesin berputar pada putaran menengah, yaitu 4000 rpm. Seperti terlihat pada gambar, saat penyemprotan/penginjeksian (fuel injection) mulai terjadi dari pertengahan langkah usaha sampai pertengahan langkah buang dan lamanya penyemprotan/ penginjeksian sudah hampir mencapai setengah putaran derajat engkol karena bahan bakar yang dibutuhkan semakin banyak.
Selanjutnya jika putaran putaran dinaikkan lagi, katup trotel semakin terbuka lebar dan sensor posisi katup trotel (TP sensor) akan mendeteksi perubahan katup trotel tersebut. ECU/ECM memerima informasi perubahan katup trotel tersebut dalam bentuk signal listrik dan akan memberikan tegangan pada solenoid injektor lebih lama dibanding putaran menengah karena bahan bakar yang dibutuhkan lebih banyak lagi. Dengan demikian lamanya penyemprotan/penginjeksian otomatis akan melebihi dari setengah putaran derajat engkol.
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 22
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
Gambar Contoh Penyemprotan Injektor Pada Saat
Putaran 4000 rpm
e. Cara Kerja Saat Akselerasi (Percepatan)
Bila sepeda motor diakselerasi (digas) dengan serentak dari kecepatan rendah, maka volume udara juga akan bertambah dengan cepat. Dalam hal ini, karena bahan bakar lebih berat dibanding udara, maka untuk sementara akan terjadi keterlambatan bahan bakar sehingga terjadi campuran kurus/miskin. Untuk mengatasi hal tersebut, dalam sistem bahan bakar konvensional (menggunakan karburator) dilengkapi sistem akselerasi (percepatan) yang akan menyemprotkan sejumlah bahan bakar tambahan melalui saluran khusus. Sedangkan pada sistem injeksi (EFI) tidak membuat suatu koreksi khusus selama akselerasi. Hal ini disebabkan dalam sistem EFI bahan bakar yang ada dalam Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 23
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
saluran sudah bertekanan tinggi. Perubahan jumlah udara saat katup gas dibuka dengan tiba-tiba akan dideteksi oleh MAP sensor. Walaupun yang dideteksi MAP sensor adalah tekanan udaranya, namun pada dasarnya juga menentukan jumlah udara. Semakin tinggi tekanan udara yang dideteksi, maka semakin banyak jumlah udara yang masuk ke intake manifold. Dengan demikian, selama akselerasi pada sistem EFI tidak terjadi keterlambatan pengiriman bahan bakar karena bahan bakar yang telah bertekanan tinggi tersebut dengan serentak diinjeksikan sesuai dengan perubahan volume udara yang masuk. Demikian tadi cara kerja sistem EFI pada beberapa kondisi kerja mesin. Masih ada beberapa kondisi kerja mesin yang tidak dibahas lebih detil seperti saat perlambatan (deselerasi), selama tenaga yang dikeluarkan tinggi (high power output) atau beban berat dan sebagainya. Namun pada prinsipnya adalah hampir sama dengan penjelasan yang sudah dibahas. Hal ini disebabkan dalam sistem EFI semua koreksi terhadap pengaturan waktu/saat penginjeksian dan lamanya penginjeksian berdasarkan informasiinformasi yang diberikan oleh sensor-sensor yang ada. Informasi tersebut dikirim ke ECU/ECM dalam bentuk signal listrik yang merupakan gambaran tentang berbagai kondisi kerja mesin saat itu. Semakin lengkap sensor yang dipasang pada suatu mesin, maka koreksi terhadap pengaturan saat dan lamanya penginjeksian akan semakin sempurna, sehingga mesin bisa menghasilkan unjuk kerja atau tampilan (performance) yang optimal dan mengeluarkan kandungan emisi beracun yang minimal.
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 24
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
PEMERIKSAAN DAN PERBAIKAN SISTEM BAHAN BAKAR
TIPE INJEKSI (EFI)
1. Beberapa Hal Umum yang Perlu Diperhatikan Berkaitan dengan Service Sistem EFI atau PGM-FI
a. Pastikan untuk membuang tekanan bahan bakar sementara mesin dalam keadaan mati.
b. Sebelum melepaskan fuel feed hose (slang penyaluran bahan bakar), buanglah tekanan dari sistem dengan melepaskan quick connector fitting (peralatan penyambungan dengan cepat) pada fuel pump (pompa bahan bakar)
c. Jangan tutup throttle valve dengan mendadak dari posisi terbuka penuh ke tertutup penuh setelah throttle cable (kabelgas tangan) telah di lepaskan. Hal ini dapat mengakibatkan putaran stasioner yang tidak tepat.
d. Programmed fuel injection (PGM-FI) system dilengkapi dengan Self-Diagnostic System (sistem pendiagnosaan sendiri) yang telah diuraikan. Jika malfunction indicator (MIL) (lampu indikator kegagalan pemakaian) berkedip-kedip, ikuti Self- Diagnostic Procedures (prosedur pendiagnosaan sendiri) untuk memperbaiki persoalan.
e. Sebuah sistem PGM – FI yang tidak bekerja dengan baik seringkali di sebabkan oleh hubungan yang buruk atau konektornya yang berkarat. Periksalah hubungan-hubungan ini sebelum melanjutkan.
2. Jadwal Perawatan Berkala Sistem Bahan Bakar Tipe Injeksi (EFI)
Jadwal perawatan berkala sistem bahan bakar tipe injeksi (EFI) sepeda motor yang dibahas berikut ini adalah berdasarkan kondisi umum, artinya sepeda motor dioperasikan dalam keadaan biasa (normal). Pemeriksaan dan perawatan berkala sebaiknya rentang operasinya diperpendek sampai 50% jika sepeda mesin dioperasikan pada kondisi jalan yang berdebu dan pemakaian berat (diforsir).
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 25
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
Tabel di bawah ini menunjukkan jadwal perawatan berkala sistem bahan bakar konvensional yang sebaiknya dilaksanakan demi kelancaran dan pemakaian yang hemat atas sepeda mesin yang bersangkutan. Pelaksanaan servis dapat dilaksanakan dengan melihat jarak tempuh atau waktu, tinggal dipilih mana yang lebih dahulu dicapai.
Tabel Jadwal perawatan berkala (teratur) sistem bahan bakar
tipe injeksi (EFI)
No
Bagian Yang Diservis
Tindakan setiap dicapai jarak tempuh
1
Saluran (slang) bahan bakar (bensin)
Periksa saluran bahan bakar setelah menempuh jarak 4.000 km, 8.000 km, 12.000 dan seterusnya setiap 4.000 km
2
Sistem penyaluran udara sekunder
Periksa dan bersihkan saluran udara sekunder setelah menempuh jarak 12.000 km. Ganti setiap 3 tahun atau setelah menempuh jarak 24.000 km
3
Putaran stasioner mesin
Periksa, bersihkan, setel putaran stasioner/langsam setelah menempuh jarak 500 km, 2.000 km, 4.000 km, dan seterusnya setiap 2.000 km
4
Cara kerja gas tangan
Periksa dan setel (bila perlu) gas tangan setelah menempuh jarak 4.000 km, 8.000 km, 12.000 km dan seterusnya setiap 4.000 km
5
Saringan udara
Periksa dan bersihkan saringan udara setelah menempuh jarak 2.000 km, 4.000 km dan seterusnya bersihkan setiap 2.000 km. Ganti setiap 12.000 km
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 26
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
3. Sumber-Sumber Kerusakan Sistem Bahan Bakar Tipe Injeksi(EFI)
Tabel di bawah ini menguraikan permasalahan atau kerusakan sistem bahan bakar dan sistem pendukung lainnya pada tipe injeksi (EFI) yang umum terjadi pada sepeda mesin, untuk diketahui kemungkinan penyebabnya dan menentukan jalan keluarnya atau penanganannya (solusinya).
Tabel Sumber-Sumber Kerusakan Sistem Bahan Bakar Tipe Injeksi (EFI)
Permasalahan
Kemungkinan Penyebab
Solusi (Jalan Keluar)
1. Terdapat kebocoran udara masuk
1. Periksa dan perbaiki
2. Tekanan dalam sistem bahan bakar terlalu tinggi
2. Periksa dan perbaiki
3. Tekanan dalam sistem bahan bakar terlalu rendah
3. Periksa dan perbaiki
4. Saringan injektor (injektor filter) tersumbat
4. Bersihkan dan ganti bila perlu
5. Penyetelan stasioner tidak tepat
5. Periksa dan setel kembali
Mesin mati, sulit dihidupkan, putaran stasioner kasar
6. Saluran udara stasioner tersumbat
6. Bersihkan
7. Bahan bakar tercemar/kualitas jelek
7. Ganti
Mesin tidak mau hidup
1. Pompa bahan bakar tidak bekerja dengan baik
1. Periksa dan ganti bila perlu
2. Saringan injektor (injektor filter) tersumbat
2. Periksa dan bersihkan
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 27
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
3. Jarum injektor (injector needle) tertahan
3. Periksa dan ganti bila perlu
4. Bahan bakar tercemar/kualitas jelek
4. Ganti
5. Terdapat kebocoran udara masuk
5. Periksa dan perbaiki
1. Sistem penyaluran bahan bakar tidak bekerja dengan baik
1. Periksa dan perbaiki
2. Saringan injektor (injektor filter) tersumbat
2. Periksa dan ganti bila perlu
Terjadi ledakan (misfiring) saat melakukan akselerasi
3. Sistem pengapian (ignition system) tidak bekerja dengan baik
3. Periksa dan perbaiki
4. Informasi Pendiagnosaan Sendiri Sistem EFI atau PGM-FI
Prosedur Pendiagnosaan Sendiri (Self Diagnosis)
a. Letakkan sepeda motor pada standar utamanya.
Catatan:
Malfunction indicataor lamp (MIL) akan berkedip-kedip sewaktu kunci kontak diputar ke “ON” atau putaran mesin di bawah 2.000 putaran permenit (rpm). Pada semua kondisi lain, MIL akan tetap hidup dan tetap hidup.
b. Putar kunci kontak ke posisi “ON”.
c. Malfuction indicator (MIL) berkedip-kedip.
d. Catat berapa kali MIL berkedip dan tentukan penyebab persoalan
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 28
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
Gambar Posisi MIL
e. Jika MIL tidak hidup atau berkedip, sistem dalam keadaan normal.
f. Jika ingin membaca memori EFI/PGM-FI untuk data kesukaran, lakukan sebagai berikut:
g. Untuk membaca data persoalan yang telah disimpan. Putar kunci kontak ke posisi “OFF”.
h. Lepaskan front top cover.
i. Lepaskan connector cover (penutup konektor) dari data Link connector (DLC) [konektor sambung data], seperti terlihat pada gambar di bawah ini :
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 29
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
Gambar Posisi DLC
h. Hubungkan special tool ke data Link connector (DLC).
Gambar Pemasangan Konektor DLC ke DLC
k. Putar kunci kontak ke posisi “ON”.
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 30
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
l. Jika ECM tidak menyimpan data memori pendiagnosaan sendiri, MIL akan menyala terus ketika kunci kotak di putar ke posisi “ON”.
Gambar MIL Menyala Ketika Kunci Kontak ON
m. Catat berapa kali MIL berkedip dan tentukan penyebab persoalan.
Catatan:
1) Pada sistem EFI atau PGM-FI Honda, MIL (malfunction indicator lamp) menunjukkan kode-kode masalah/persoalan yang terjadi pada sepeda motor. Jumlah kedipannya dari 0 sampai 54. Jenis kedipan dari MIL ada dua, yaitu kedipan pendek (0,3 detik) dan kedipan panjang (1,3 detik). Jika sebuah kedipan panjang terjadi, dan kemudian dua buah kedipan pendek, berarti kode persoalan itu adalah 12 karena satu kedipan panjang = 10 dan dua kedipan pendek = 2 kedipan.
2) Jika ECU/ECM menyimpan beberap kode kegagalan/masalah, MIL memperlihatkan kode kegagalan menurut urutan dari jumlah terendah sampai tertinggi.
3) Jika terjadi kegagalan fungsi pada rangkaian MAP sensor, MIL akan berkedip 1 kali. Penyebab kegagalan pada rangkaian MAP sensor antara lain ; kontak longgar atau lemah pada sensor unit, terjadi rangkaian terbuka atau hubungan singkat (korslet) pada
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 31
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
kabel MAP sensor dari sensor unit, atau MAP sensor tidak bekerja dengan baik.
4) Jika terjadi kegagalan fungsi pada rangkaian suplai (daya) atau massa sensor unit, MIL akan berkedip 1, 8 dan 9 kali. Penyebab kegagalannya antara lain ; kontak longgar atau lemah pada sensor unit, terjadi rangkaian terbuka atau hubungan singkat korslet) pada kabel daya atau massa sensor unit, atau sensor unit tidak bekerja dengan baik. Sensor unit adalah gabungan dari TP (throttle positioner), MAP (manifold absolute pressure), dan IAT (intake air temperature) sensor.
5) Jika terjadi kegagalan fungsi pada rangkaian EOT (engine oil temperature) sensor, MIL akan berkedip 7 kali. Penyebab kegagalan pada rangkaian EOT sensor antara lain ; kontak longgar atau lemah pada EOT sensor, terjadi rangkaian terbuka atau hubungan singkat (korslet) pada kabel EOT sensor, atau EOT sensor tidak bekerja dengan baik.
6) Jika terjadi kegagalan fungsi pada rangkaian bank angle sensor, MIL akan berkedip 54 kali. Penyebab kegagalan pada rangkaian bank angle sensor antara lain ; kontak longgar atau lemah pada bank angle sensor, terjadi rangkaian terbuka atau hubungan singkat (korslet) pada kabel bank angle sensor, atau bank angle sensor tidak bekerja dengan baik.
7) Jika terjadi kegagalan fungsi di dalam ECU/ECM, MIL akan berkedip 33 kali. Penyebab kegagalannya adalah karena ECU/ECM tidak bekerja dengan baik.
8) Jika terjadi kegagalan fungsi pada data link (penghubung kabel data) atau rangkaian MIL, MIL akan hidup terus. Penyebab kegagalannya antara lain ; kontak longgar atau lemah pada injektor, terjadi rangkaian terbuka atau hubungan singkat (korslet) pada kabel injektor, injektor tidak bekerja dengan baik, atau ECU/ECM tidak bekerja dengan baik.
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 32
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
9) Jika terjadi kegagalan fungsi pada rangkaian injektor, MIL akan berkedip 12 kali. Penyebab kegagalannya antara lain ; hubungan singkat pada kabel data link conector (DLC), hubungan singkat pada kabel MIL, atau ECU/ECM tidak bekerja dengan baik.
10) Secara umum, urutan pemeriksaan dan perbaikan dari kegagalan-kegagalan di atas adalah sebagai berikut:
a) Melakukan pemeriksaan terhadap kontak dari sambungan (konektor) komponen yang bersangkutan. Jika longgar atau lemah, perbaiki dengan mengencangkan posisinya.
b) Jika point a) di atas tidak bermasalah, lakukan pemeriksaan tahanan/resistansi pada terminal-terminal komponen yang bersangkutan dan juga periksa kontinuitas (hubungan) antara terminal dengan massa. (Untuk melihat standar/spesifikasi ukuran tahanan dan warna kabel, lihat buku manual yang bersangkutan).
Gambar Contoh Pemeriksaan Tahanan Pada EOT Sensor
c) Jika point b) di atas tidak bermasalah, lakukan pemeriksaan tegangan (voltage) antara konektor komponen yang bersangkutan pada sisi wire harness (rangkaian kabel dari
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 33
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
ECU/ECM yang menuju komponen tersebut) dan massa. Khusus sensor yang hanya mempunyai dua terminal, ukur tegangan antara konektor sensor tersebut pada sisi wire harness (Untuk melihat standar/spesifikasi ukuran tegangan, lihat buku manual yang bersangkutan).
Gambar Contoh Pemeriksaan Tegangan Pada EOT Sensor
d) Jika pada pemeriksaan point c) di atas terdapat tegangan yang sesuai standar, ganti komponen (sensor) yang bersangkutan.
e) Jika pada pemeriksaan point c) di atas tidak terdapat tegangan yang sesuai standar, periksa kontinuitas antara konektor komponen (sensor) yang bersangkutan dengan konektor dari ECU/ECM. (Untuk melihat standar/spesifikasi warna kabel, lihat buku manual yang bersangkutan).
f) Jika pada pemeriksaan point e) di atas kontinuitas antara konektor tidak normal, berarti terdapat hubungan singkat (korslet) atau rangkaian terbuka pada kabel-kabel tersebut.
g) Jika pada pemeriksaan point e) di atas kontinuitas antara konektor normal, berarti terdapat masalah pada ECU/ECM. Ganti ECU/ECM dengan yang baru dan lakukan pemeriksaan sekali lagi.
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 34
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
5. Prosedur Me-Reset Pendiagnosaan Sendiri
Catatan:
Data memori pendiagnosaan sendiri tidak akan terhapus sewaktu kabel negatif baterai dilepaskan.
a. Putar kunci kontak ke “OFF”.
b. Lepaskan front top cover.
c. Lepaskan connector cover (penutup konektor) dari data Link connector
d. Hubungkan special tool (konektor DLC atau DLC short connector) ke data Link connector
e. Putar kunci kontak ke “ON”.
f. Lepaskanlah DLC short connector dari data Link connector (DLC) seperti terlihat pada gambar di bawah :
Gambar Prosedur Melepas dan Menghubungkan
Kembali Konektor DLC Dari DLC
g. Hubungkan DLC short connector ke data Link connector (DLC) lagi sementara lampu MIL hidup selama kira-kira 5 detik (pola penerimaan reset; seperti terlihat pada gambar di atas).
h. Data memori pendiagnosaan sendiri telah terhapus, jika MIL mati dan mulai berkedip. Hal ini menandakan prosedur me-reset telah berhasil. Lihat pada gambar di bawah untuk melihat bentuk/pola me-reset yang berhasil (pola keberhasilan).
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 35
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
Gambar Pola Keberhasilan Saat Me-reset
Pendiagnosaan Sendiri
i. Data link konektor harus dihubungkan singkat sementara lampu indikator hidup. Jika DLC short connector tidak tersambungkan dalam 5 detik, MIL akan mati dan hidup kembali dengan pola kegagalan seperti terlihat ppada gambar di bawah :
Gambar Pola kegagalan saat me-reset pendiagnosaan sendiri
j. Matikan kunci kontak dan coba lagi mulai dari langkah d.
Catatan :
Perhatikan bahwa data memori pendiagnosaan-sendiri tidak akan terhapus jika kunci kontak dimatikan sebelum MIL mulai berkedip.
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 36
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
P E N U T U P
Semoga buku ini bermanfaat bagi peserta pelatihan khususnya kejuruan Automotive di Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto, baik pelatihan Institusional maupun pelatihan Non Institusional maupun pihak pengelolah pelatihan umumnya semua pembaca yang selalu ingin meningkatkan pengetahuannya.
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 37
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
DAFTAR PUSTAKA
AHM Buku Pedoman reparasi Honda Supra X 125. Jakarta: PT. Astra Honda Motor
AHM Buku Pedoman reparasi Honda Astrea Prima. Jakarta: PT. Astra Honda Motor
AHM Buku Pedoman reparasi Honda Mega Pro. Jakarta: PT. Astra Honda Motor
AHMBuku Pedoman reparasi Honda PGM-FI Supra X 125. Jakarta: PT. Astra Honda Motor
Mohon Perhatian Tulisan - tulisan di Blog ini merupakan pandangan pribadi dari saya dan ada beberapa bagian merupakan cuplikan kutipan dari sumber yang bermacam - macam. Jika ada yang keberatan dengan tulisannya yang saya kutip, ada dalam blog ini, sudilah kiranya mengingatkan saya.
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 38
1. Perkembangan Sistem Bahan Bakar Injeksi
Sistem bahan bakar tipe injeksi merupakan langkah inovasi yang sedang dikembangkan untuk diterapkan pada sepeda motor. Tipe injeksi sebenarnya sudah mulai diterapkan pada sepeda motor dalam jumlah terbatas pada tahun 1980-an, dimulai dari sistem injeksi mekanis kemudian berkembang menjadi sistem injeksi elektronis. Sistem injeksi mekanis disebut juga sistem injeksi kontinyu (K-Jetronic) karena injektor menyemprotkan secara terus menerus ke setiap saluran masuk (intake manifold). Sedangkan sistem injeksi elektronis atau yang lebih dikenal dengan Electronic Fuel Injection (EFI), volume dan waktu penyemprotannya dilakukan secara elektronik. Sistem EFI kadang disebut juga dengan EGI (Electronic Gasoline Injection), EPI (Electronic Petrol Injection), PGM-FI (Programmed Fuel Injenction) dan Engine Management.
Penggunaan sistem bahan bakar injeksi pada sepeda motor komersil di Indonesia sudah mulai dikembangkan. Salah satu contohnya adalah pada salah satu tipe yang di produksi Astra Honda Mesin, yaitu pada Supra X 125. Istilah sistem EFI pada Honda adalah PGM-FI (Programmed Fuel Injection) atau sistem bahan bakar yang telah terprogram. Secara umum, penggantian sistem bahan bakar konvensional ke sistem EFI dimaksudkan agar dapat meningkatkan unjuk kerja dan tenaga mesin (power) yang lebih baik, akselarasi yang lebih stabil pada setiap putaran mesin, pemakaian bahan bakar yang ekonomis (iriit), dan menghasilkan kandungan racun (emisi) gas buang yang lebih sedikit sehingga bisa lebih ramah terhadap lingkungan. Selain itu, kelebihan dari mesin dengan bahan bakar tipe injeksi ini adalah lebih mudah dihidupkan pada saat lama tidak digunakan, serta tidak terpengaruh pada temperatur di lingkungannya.
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 1
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
2. Prinsip Kerja Sistem EFI
Istilah sistem injeksi bahan bakar (EFI) dapat digambarkan sebagai suatu sistem yang menyalurkan bahan bakarnya dengan menggunakan pompa pada tekanan tertentu untuk mencampurnya dengan udara yang masuk ke ruang bakar. Pada sistem EFI dengan mesin berbahan bakar bensin, pada umumnya proses penginjeksian bahan bakar terjadi di bagian ujung intake manifold/manifold masuk sebelum inlet valve (katup/klep masuk). Pada saat inlet valve terbuka, yaitu pada langkah hisap, udara yang masuk ke ruang bakar sudah bercampur dengan bahan bakar.
Secara ideal, sistem EFI harus dapat mensuplai sejumlah bahan bakar yang disemprotkan agar dapat bercampur dengan udara dalam perbandingan campuran yang tepat sesuai kondisi putaran dan beban mesin, kondisi suhu kerja mesin dan suhu atmosfir saat itu. Sistem harus dapat mensuplai jumlah bahan bakar yang bervariasi, agar perubahan kondisi operasi kerja mesin tersebut dapat dicapai dengan unjuk kerja mesin yang tetap optimal.
3. Konstruksi Dasar Sistem EFI
Secara umum, konstruksi sistem EFI dapat dibagi menjadi tiga bagian/sistem utama, yaitu; a) sistem bahan bakar (fuel system), b) sistem kontrol elektronik (electronic control system), dan c) sistem induksi/pemasukan udara (air induction system). Ketiga sistem utama ini akan dibahas satu persatu di bawah ini.
Jumlah komponen-komponen yang terdapat pada sistem EFI bisa berbeda pada setiap jenis sepeda mesin. Semakin lengkap komponen sistem EFI yang digunakan, tentu kerja sistem EFI akan lebih baik sehingga bisa menghasilkan unjuk kerja mesin yang lebih optimal pula. Dengan semakin lengkapnya komponen-komponen sistem EFI (misalnya sensor-sensor), maka pengaturan koreksi yang diperlukan untuk mengatur perbandingan bahan bakar dan udara yang sesuai Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 2
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
dengan kondisi kerja mesin akan semakin sempurna. Gambar di bawah ini memperlihatkan contoh skema rangkaian sistem EFI pada Yamaha GTS1000 dan penempatan komponen sistem EFI pada Honda Supra X 125.
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
Gambar Penempatan Komponen Sistem EFI Honda Supra X 125.
a. Sistem Bahan Bakar
Komponen-komponen yang digunakan untuk menyalurkan bahan bakar ke mesin terdiri dari tangki bahan bakar (fuel pump), pompa bahan bakar (fuel pump), saringan bahan bakar (fuel filter), pipa/slang penyalur (pembagi), pengatur tekanan bahan bakar (fuel pressure regulator), dan injektor/penyemprot bahan bakar. Sistem bahan bakar ini berfungsi untuk menyimpan, membersihkan, menyalurkan dan menyemprotkan /menginjeksikan bahan bakar.
Gambar Komponen EFI Honda Supra X 125
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 4
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
Adapun fungsi masing-masing komponen pada sistem bahan bakar tersebut adalah sebagai berikut:
1) Fuel suction filter; menyaring kotoran agar tidak terisap pompa bahan bakar.
2) Fuel pump module; memompa dan mengalirkan bahan bakar dari tangki bahan bakar ke injektor. Penyaluran bahan bakarnya harus lebih banyak dibandingkan dengan kebutuhan mesin supaya tekanan dalam sistem bahan bakar bisa dipertahankan setiap waktu walaupun kondisi mesin berubahubah.
Gambar Konstruksi Fuel Pump Module
3) Fuel pressure regulator; mengatur tekanan bahan bakar di dalam sistem aliran bahan bakar agar tetap/konstan. Contohnya pada Honda Supra X 125 PGM-FI tekanan dipertahankan pada 294 kPa (3,0 kgf/cm2, 43 psi). Bila bahan bakar yang dipompa menuju injektor terlalu besar (tekanan bahan bakar melebihi 294 kPa (3,0 kgf/cm2, 43 psi)) pressure regulator mengembalikan bahan bakar ke dalam tangki.
4) Fuel feed hose; slang untuk mengalirkan bahan bakar dari tangki menuju injektor. Slang dirancang harus tahan tekanan bahan bakar akibat dipompa dengan tekanan minimal sebesar Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 5
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
tekanan yang dihasilkan oleh pompa.
5) Fuel Injector; menyemprotkan bahan bakar ke saluran masuk (intake manifold) sebelum, biasanya sebelum katup masuk, namun ada juga yang ke throttle body. Volume penyemprotan disesuaikan oleh waktu pembukaan nozel/injektor. Lama dan banyaknya penyemprotan diatur oleh ECM (Electronic/Engine Control Module) atau ECU (Electronic Control Unit).
Gambar Konstruksi Injektor
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 6
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
Terjadinya penyemprotan pada injektor adalah pada saat ECU memberikan tegangan listrik ke solenoid coil injektor. Dengan pemberian tegangan listrik tersebut solenoid coil akan menjadi magnet sehingga mampu menarik plunger dan mengangkat needle valve (katup jarum) dari dudukannya, sehingga saluran bahan bakar yang sudah bertekanan akan memancar keluar dari injektor.
Gambar Penempatan Injektor Pada Throttlt Body
Skema aliran sistem bahan bakar pada sistem EFI adalah sebagai berikut:
Gambar Skema Aliran Sistem Bahan Bakar EFI
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 7
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
b. Sistem Kontrol Elektronik
Komponen sistem kontrol elektronik terdiri dari beberapa sensor (pengindera), seperti MAP (Manifold Absolute Pressure) sensor, TP (Throttle Position) sensor, IAT (Intake Air Temperature) sensor, bank angle sensor, EOT (Engine Oil Temperature) sensor, dan sensor-sensor lainnya. Pada sistem ini juga terdapat ECU (Electronic Control Unit) atau ECM dan komponenkomponen tambahan seperti alternator (magnet) dan regulator/rectifier yang mensuplai dan mengatur tegangan listrik ke ECU, baterai dan komponen lain. Pada sistem ini juga terdapat DLC (Data Link Connector) yaitu semacam soket dihubungkan dengan engine analyzer untuk mecari sumber kerusakan komponen
Gambar Rangkaian Sistem Kontrol Elektronik Supra X 125
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 8
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
Secara garis besar fungsi dari masing-masing komponen sistem kontrol elektronik antara lain sebagai berikut;
1) ECU/ECM; menerima dan menghitung seluruh informasi/data yang diterima dari masing-masing sinyal sensor yang ada dalam mesin. Informasi yang diperoleh dari sensor antara lain berupa informasi tentang suhu udara, suhu oli mesin, suhu air pendingin, tekanan atau jumlah udara masuk, posisi katup throttle/katup gas, putaran mesin, posisi poros engkol, dan informasi yang lainnya. Pada umumnya sensor bekerja pada tegangan antara 0 volt sampai 5 volt. Selanjutnya ECU/ECM menggunakan informasi-informasi yang telah diolah tadi untuk menghitung dan menentukan saat (timing) dan lamanya injektor bekerja/menyemprotkan bahan bakar dengan mengirimkan tegangan listrik ke solenoid injektor. Pada beberapa mesin yang sudah lebih sempurna, disamping mengontrol injektor, ECU/ECM juga bisa mengontrol sistem pengapian.
2) MAP (Manifold absolute pressure) sensor; memberikan sinyal ke ECU berupa informasi (deteksi) tekanan udara yang masuk ke intake manifold. Selain tipe MAP sensor, pendeteksian udara yang masuk ke intake manifold bisa dalam bentuk jumlah maupun berat udara.
Jika jumlah udara yang dideteksi, sensornya dinamakan air flow meter, sedangkan jika berat udara yang dideteksi, sensornya dinamakan air mass sensor.
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 9
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
Gambar Contoh Posisi Penempatan Sensor
Yang Menyatu Dengan Throttle Body
3) IAT (Engine air temperature) sensor; memberikan sinyal ke ECU berupa informasi (deteksi) tentang suhu udara yang masuk ke intake manifold. Tegangan referensi/suplai 5 Volt dari ECU selanjutnya akan berubah menjadi tegangan sinyal yang nilainya dipengaruhi oleh suhu udara masuk.
4) TP (Throttle Position) sensor; memberikan sinyal ke ECU berupa informasi (deteksi) tentang posisi katup throttle/katup gas. Generasi yang lebih baru dari sensor ini tidak hanya terdiri dari kontak-kontak yang mendeteksi posisi idel/langsam dan posisi beban penuh, akan tetapi sudah merupakan potensiometer (variable resistor) dan dapat memberikan sinyal ke ECU pada setiap keadaan beban mesin. Konstruksi generasi
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 10
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
terakhir dari sensor posisi katup gas sudah full elektronis, karena yang menggerakkan katup gas adalah elektromesin yang dikendalikan oleh ECU tanpa kabel gas yang terhubung dengan pedal gas. Generasi terbaru ini memungkinkan pengontrolan emisi/gas buang lebih bersih karena pedal gas yang digerakkan hanyalah memberikan sinyal tegangan ke ECU dan pembukaan serta penutupan katup gas juga dilakukan oleh ECU secara elektronis.
5) Engine oil temperature sensor; memberikan sinyal ke ECU berupa informasi (deteksi) tentang suhu oli mesin.
6) Bank angle sensor; merupakan sensor sudut kemiringan. Pada sepeda motor yang menggunakan sistem EFI biasanya dilengkapi dengan bank angle sensor yang bertujuan untuk pengaman saat kendaraan terjatuh dengan sudut kemiringan 550
Gambar Bank Angle Sensor dan Posisi
Sudut Kemiringan Sepeda Motor
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 11
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
Sinyal atau informasi yang dikirim bank angle sensor ke ECU saat sepeda motor terjatuh dengan sudut kemiringan yang telah ditentukan akan membuat ECU memberikan perintah untuk mematikan (meng-OFF-kan) injektor, koil pengapian, dan pompa bahan bakar. Dengan demikian peluang terbakarnya sepeda motor jika ada bahan bakar yang tercecer atau tumpah akan kecil karena sistem pengapian dan sistem bahan bakar langsung dihentikan walaupun kunci kontak masih dalam posisi ON.
Gambar Sinyal atau informasi bank angle sensor ke ECU
Bank angle sensor akan mendeteksi setiap sudut kemiringan sepeda motor. Jika sudut kemiringan masih di bawah limit yang ditentukan, maka informasi yang dikirim ke ECU tidak sampai membuat ECU meng-OFF-kan ketiga komponen di atas.
Bagaimana dengan sudut kemiringan sepeda motor yang sedang menikung/berbelok?
Jika sepeda motor sedang dijalankan pada posisi menikung (walau kemiringannya melebihi 550), ECU tidak meng-OFFkan ketiga komponen tersebut. Pada saat menikung terdapat gaya centripugal yang membuat sudut kemiringan pendulum dalam bank angle sensor tidak sama dengan kemiringan sepeda motor.
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 12
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
Gambar Posisi Bank Engle Sensor Saat Sepeda Motor
Menikung dan Saat Terjatuh
Dengan demikian, walaupun sudut kemiringan sepeda motor sudah mencapai 550, tapi dalam kenyataannya sinyal yang dikirim ke ECU masih mengindikasikan bahwa sudut kemiringannya masih di bawah 550 sehingga ECU tidak meng-OFF-kan ketiga komponen tersebut. Selain sensor-sensor di atas masih terdapat sensor lainnya digunakan pada sistem EFI, seperti sensor posisi camshaft/poros nok, (camshaft position sensor) untuk mendeteksi posisi poros nok agar saat pengapiannya bisa diketahui, sensor posisi poros engkol (crankshaft position sensor) untuk mendeteksi putaran poros engkol, sensor air pendingin (water temperature sensor) untuk mendeteksi air pendingin di mesin dan sensor lainnya. Namun demikian, pada sistem EFI sepeda motor yang masih sederhana, tidak semua sensor dipasang.
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 13
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
c. Sistem Induksi Udara
Komponen yang termasuk ke dalam sistem ini antara lain; air cleaner/air box (saringan udara), intake manifold, dan throttle body (tempat katup gas). Sistem ini berfungsi untuk menyalurkan sejumlah udara yang diperlukan untuk pembakaran.
Gambar Konstruksi Throttle Body
4. Cara Kerja Sistem EFI
Sistem EFI atau PGM-FI (istilah pada Honda) dirancang agar bisa melakukan penyemprotan bahan bakar yang jumlah dan waktunya ditentukan berdasarkan informasi dari sensor-sensor. Pengaturan koreksi perbandingan bahan bakar dan udara sangat penting dilakukan agar mesin bisa tetap beroperasi/bekerja dengan sempurna pada berbagai kondisi kerjanya. Oleh karena itu, keberadaan sensor-sensor yang memberikan informasi akurat tentang kondisi mesin saat itu sangat menentukan unjuk kerja (performance) suatu mesin.
Semakin lengkap sensor, maka pendeteksian kondisi mesin dari berbagai karakter (suhu, tekanan, putaran, kandungan gas, getaran mesin dan sebagainya) menjadi lebih baik. Informasi-informasi tersebut sangat bermanfaat bagi ECU untuk diolah guna memberikan perintah
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 14
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
yang tepat kepada injektor, sistem pengapian, pompa bahan bakar dan sebagainya.
a. Saat Penginjeksian (Injection Timing) dan Lamanya Penginjeksian
Terdapat beberapa tipe penginjeksian (penyemprotan) dalam sistem EFI motor bensin (khususnya yang mempunyai jumlah silinder dua atau lebih), diantaranya tipe injeksi serentak (simoultaneous injection) dan tipe injeksi terpisah (independent injection). Tipe injeksi serentak yaitu saat penginjeksian terjadi secara bersamaan, sedangkan tipe injeksi terpisah yaitu saat penginjeksian setiap injektor berbeda antara satu dengan yang lainnya, biasanya sesuai dengan urutan pengapian atau firing order (FO).
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa penginjeksian pada motor bensin pada umumnya dilakukan di ujung intake manifod sebelum inlet valve (katup masuk). Oleh karena itu, saat penginjeksian (injection timing) tidak mesti sama persis dengan percikan bunga api busi, yaitu beberapa derajat sebelum TMA di akhir langkah kompresi. Saat penginjeksian tidak menjadi masalah walau terjadi pada langkah hisap, kompresi, usaha maupun buang karena penginjeksian terjadi sebelum katup masuk. Artinya saat terjadinya penginjeksian tidak langsung masuk ke ruang bakar selama posisi katup masuk masih dalam keadaan menutup. Misalnya untuk mesin 4 silinder dengan tipe injeksi serentak, tentunya saat penginjeksian injektor satu dengan yang lainnya terjadi secara bersamaan. Jika FO mesin tersebut adalah 1 – 3 – 4 – 2, saat terjadi injeksi pada silinder 1 pada langkah hisap, maka pada silinder 3 injeksi terjadi pada satu langkah sebelumnya, yaitu langkah buang. Selanjutnya pada silinder 4 injeksi terjadi pada langkah usaha, dan pada silinder 2 injeksi terjadi pada langkah kompresi.
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 15
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
Sedangkan lamanya (duration) penginjeksian akan bervariasi tergantung kondisi kerja mesin. Semakin lama terjadi injeksi, maka jumlah bahan bakar akan semakin banyak pula. Dengan demikian, seiring naiknya putara mesin, maka lamanya injeksi akan semakin bertambah karena bahan bakar yang dibutuhkan semakin banyak.
b. Cara Kerja Saat Kondisi Mesin Dingin
Pada saat kondisi mesin masih dingin (misalnya saat menghidupkan di pagi hari), maka diperlukan campuran bahan bakar dan udara yang lebih banyak (campuran kaya). Hal ini disebabkan penguapan bahan bakar rendah pada saat kondisi temperatur/suhu masih rendah. Dengan demikian akan terdapat sebagian kecil bahan bakar yang menempel di dinding intake manifold sehingga tidak masuk dan ikut terbakar dalam ruang bakar. Untuk memperkaya campuran bahan bakar udara tersebut, pada sistem EFI yang dilengkapi dengan sistem pendinginan air terdapat sensor temperatur air pendingin (engine/coolant temperature sensor) seperti terlihat pada gambar di bawah ini. Sensor ini akan mendeteksi kondisi air pendingin mesin yang masih dingin tersebut. Temperatur air pendingin yang dideteksi dirubah menjadi signal listrik dan dikirim ke ECU/ECM. Selanjutnya ECU/ECM akan mengolahnya kemudian memberikan perintah pada injektor dengan memberikan tegangan yang lebih lama pada solenoid injektor agar bahan bakar yang disemprotkan menjadi lebih banyak (kaya).
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 16
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
Gambar Sensor Air Pendingin (9) Yamaha GTS 1000
Sedangkan bagi mesin yang tidak dilengkapi dengan sistem pendinginan air, sensor yang dominan untuk mendeteksi kondisi mesin saat dingin adalah sensor temperatur oli/pelumas mesin (engine oil temperature sensor) dan sensor temperatur udara masuk (intake air temperature sensor). Sensor temperature oli mesin mendeteksi kondisi pelumas yang masih dingin saat itu, kemudian dirubah menjadi signal listrik dan dikirim ke ECU/ECM. Sedangkan sensor temperatur udara masuk mendeteksi temperatur udara yang masuk ke intake manifold. Pada saat masih dingin kerapatan udara lebih padat sehingga jumlah molekul udara lebih banyak dibanding temperatur saat panas. Agar tetap terjadi perbandingan campuran yang tetap mendekati ideal, maka ECU/ECM akan memberikan tegangan pada solenoid injektor sedikit lebih lama (kaya). Dengan demikian, rendahnya penguapan
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 17
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
bahan bakar saat temperatur masih rendah sehingga akan ada bahan bakar yang menempel di dinding intake manifold dapat diantisipasi dengan memperkaya campuran tersebut.
Gambar Engine Oil Temperature Sensor dan Intake Air
Temperature Sensor Honda Supra X 125
c. Cara Kerja Saat Putaran Rendah
Pada saat putaran mesin masih rendah dan suhu mesin sudah mencapai suhu kerjanya, ECU/ECM akan mengontrol dan memberikan tegangan listrik ke injektor hanya sebentar saja (beberapa derajat engkol) karena jumlah udara yang dideteksi oleh
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 18
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
MAP sensor dan sensor posisi katup gas (TP sensor ) masih sedikit. Hal ini supaya dimungkinkan tetap terjadinya perbandingan campuran bahan bakar dan udara yang tepat (mendekati perbandingan campuran teoritis atau ideal). Posisi katup gas (katup trotel) pada throttle body masih menutup pada saat putaran stasioner/langsam (putaran stasioner pada sepeda motor pada umumnya sekitar 1400 rpm). Oleh karena itu, aliran udara dideteksi dari saluran khusus untuk saluran stasioner. Sebagian besar sistem EFI pada sepeda motor masih menggunakan skrup penyetel (air idle adjusting screw) untuk putaran stasioner.
Gambar Saluran Masuk Untuk Putaran Staioner Saat Katup Throttle Masih Menutup Pada Sepeda Motor Honda Supra X 125
Berdasarkan informasi dari sensor tekanan udara (MAP sensor) dan sensor posisi katup gas (TP) sensor tersebut, ECU/ECM akan memberikan tegangan listrik kepada solenoid injektor untuk menyemprotkan bahan bakar. Lamanya penyemprotan/ penginjeksian hanya beberapa derajat engkol saja karena bahan bakar yang dibutuhkan masih sedikit.
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 19
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
Pada saat putaran mesin sedikit dinaikkan namun masih termasuk ke dalam putaran rendah, tekanan udara yang dideteksi oleh MAP sensor akan menjadi lebih tinggi dibanding saat putaran stasioner. Naiknya tekanan udara yang masuk mengindikasikan bahwa jumlah udara yang masuk lebih banyak. Berdasarkan informasi yang diperoleh oleh MAP sensor tersebut, ECU/ECM akan memberikan tegangan listrik sedikit lebih lama dibandingkan saat putara satsioner.
Gambar Posisi Skrup Penyetel Putaran Stasioner
Pada Throttle Body
Gambar diatas adalah ilustrasi saat mesin berputar pada putaran rendah, yaitu 2000 rpm. Seperti terlihat pada gambar, saat penyemprotan/penginjeksian (fuel injection) terjadi diakhir langkah buang dan lamanya penyemprotan/penginjeksian juga masih
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 20
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
beberapa derajat engkol saja karena bahan bakar yang dibutuhkan masih sedikit.
Gambar Contoh Penyemprotan Injektor Pada Saat
Putaran 2000 rpm
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa proses penyemprotan pada injektor terjadi saat ECU/ECM memberikan tegangan pada solenoid injektor. Dengan pemberian tegangan listrik tersebut solenoid coil akan menjadi magnet sehingga mampu menarik plunger dan mengangkat needle valve (katup jarum) dari dudukannya, sehingga bahan bakar yang berada dalam saluran bahan bakar yang sudah bertekanan akan memancar keluar dari injektor.
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 21
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
d. Cara Kerja Saat Putaran Menengah dan Tinggi
Pada saat putaran mesin dinaikkan dan kondisi mesin dalam keadaan normal, ECU/ECM menerima informasi dari sensor posisi katup gas (TP sensor) dan MAP sensor. TP sensor mendeteksi pembukaan katup trotel sedangkan MAP sensor mendeteksi jumlah/tekanan udara yang semakin naik. Saat ini deteksi yang diperoleh oleh sensor tersebut menunjukkan jumlah udara yang masuk semakin banyak. Sensor-sensor tersebut mengirimkan informasi ke ECU/ECM dalam bentuk signal listrik. ECU/ECM kemudian mengolahnya dan selanjutnya akan memberikan tegangan listrik pada solenoid injektor dengan waktu yang lebih lama dibandingkan putaran sebelumnya. Disamping itu saat pengapiannya juga otomatis dimajukan agar tetap tercapai pembakaran yang optimum berdasarkan infromasi yang diperoleh dari sensor putaran rpm. Gambar bawah ini adalah ilustrasi saat mesin berputar pada putaran menengah, yaitu 4000 rpm. Seperti terlihat pada gambar, saat penyemprotan/penginjeksian (fuel injection) mulai terjadi dari pertengahan langkah usaha sampai pertengahan langkah buang dan lamanya penyemprotan/ penginjeksian sudah hampir mencapai setengah putaran derajat engkol karena bahan bakar yang dibutuhkan semakin banyak.
Selanjutnya jika putaran putaran dinaikkan lagi, katup trotel semakin terbuka lebar dan sensor posisi katup trotel (TP sensor) akan mendeteksi perubahan katup trotel tersebut. ECU/ECM memerima informasi perubahan katup trotel tersebut dalam bentuk signal listrik dan akan memberikan tegangan pada solenoid injektor lebih lama dibanding putaran menengah karena bahan bakar yang dibutuhkan lebih banyak lagi. Dengan demikian lamanya penyemprotan/penginjeksian otomatis akan melebihi dari setengah putaran derajat engkol.
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 22
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
Gambar Contoh Penyemprotan Injektor Pada Saat
Putaran 4000 rpm
e. Cara Kerja Saat Akselerasi (Percepatan)
Bila sepeda motor diakselerasi (digas) dengan serentak dari kecepatan rendah, maka volume udara juga akan bertambah dengan cepat. Dalam hal ini, karena bahan bakar lebih berat dibanding udara, maka untuk sementara akan terjadi keterlambatan bahan bakar sehingga terjadi campuran kurus/miskin. Untuk mengatasi hal tersebut, dalam sistem bahan bakar konvensional (menggunakan karburator) dilengkapi sistem akselerasi (percepatan) yang akan menyemprotkan sejumlah bahan bakar tambahan melalui saluran khusus. Sedangkan pada sistem injeksi (EFI) tidak membuat suatu koreksi khusus selama akselerasi. Hal ini disebabkan dalam sistem EFI bahan bakar yang ada dalam Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 23
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
saluran sudah bertekanan tinggi. Perubahan jumlah udara saat katup gas dibuka dengan tiba-tiba akan dideteksi oleh MAP sensor. Walaupun yang dideteksi MAP sensor adalah tekanan udaranya, namun pada dasarnya juga menentukan jumlah udara. Semakin tinggi tekanan udara yang dideteksi, maka semakin banyak jumlah udara yang masuk ke intake manifold. Dengan demikian, selama akselerasi pada sistem EFI tidak terjadi keterlambatan pengiriman bahan bakar karena bahan bakar yang telah bertekanan tinggi tersebut dengan serentak diinjeksikan sesuai dengan perubahan volume udara yang masuk. Demikian tadi cara kerja sistem EFI pada beberapa kondisi kerja mesin. Masih ada beberapa kondisi kerja mesin yang tidak dibahas lebih detil seperti saat perlambatan (deselerasi), selama tenaga yang dikeluarkan tinggi (high power output) atau beban berat dan sebagainya. Namun pada prinsipnya adalah hampir sama dengan penjelasan yang sudah dibahas. Hal ini disebabkan dalam sistem EFI semua koreksi terhadap pengaturan waktu/saat penginjeksian dan lamanya penginjeksian berdasarkan informasiinformasi yang diberikan oleh sensor-sensor yang ada. Informasi tersebut dikirim ke ECU/ECM dalam bentuk signal listrik yang merupakan gambaran tentang berbagai kondisi kerja mesin saat itu. Semakin lengkap sensor yang dipasang pada suatu mesin, maka koreksi terhadap pengaturan saat dan lamanya penginjeksian akan semakin sempurna, sehingga mesin bisa menghasilkan unjuk kerja atau tampilan (performance) yang optimal dan mengeluarkan kandungan emisi beracun yang minimal.
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 24
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
PEMERIKSAAN DAN PERBAIKAN SISTEM BAHAN BAKAR
TIPE INJEKSI (EFI)
1. Beberapa Hal Umum yang Perlu Diperhatikan Berkaitan dengan Service Sistem EFI atau PGM-FI
a. Pastikan untuk membuang tekanan bahan bakar sementara mesin dalam keadaan mati.
b. Sebelum melepaskan fuel feed hose (slang penyaluran bahan bakar), buanglah tekanan dari sistem dengan melepaskan quick connector fitting (peralatan penyambungan dengan cepat) pada fuel pump (pompa bahan bakar)
c. Jangan tutup throttle valve dengan mendadak dari posisi terbuka penuh ke tertutup penuh setelah throttle cable (kabelgas tangan) telah di lepaskan. Hal ini dapat mengakibatkan putaran stasioner yang tidak tepat.
d. Programmed fuel injection (PGM-FI) system dilengkapi dengan Self-Diagnostic System (sistem pendiagnosaan sendiri) yang telah diuraikan. Jika malfunction indicator (MIL) (lampu indikator kegagalan pemakaian) berkedip-kedip, ikuti Self- Diagnostic Procedures (prosedur pendiagnosaan sendiri) untuk memperbaiki persoalan.
e. Sebuah sistem PGM – FI yang tidak bekerja dengan baik seringkali di sebabkan oleh hubungan yang buruk atau konektornya yang berkarat. Periksalah hubungan-hubungan ini sebelum melanjutkan.
2. Jadwal Perawatan Berkala Sistem Bahan Bakar Tipe Injeksi (EFI)
Jadwal perawatan berkala sistem bahan bakar tipe injeksi (EFI) sepeda motor yang dibahas berikut ini adalah berdasarkan kondisi umum, artinya sepeda motor dioperasikan dalam keadaan biasa (normal). Pemeriksaan dan perawatan berkala sebaiknya rentang operasinya diperpendek sampai 50% jika sepeda mesin dioperasikan pada kondisi jalan yang berdebu dan pemakaian berat (diforsir).
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 25
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
Tabel di bawah ini menunjukkan jadwal perawatan berkala sistem bahan bakar konvensional yang sebaiknya dilaksanakan demi kelancaran dan pemakaian yang hemat atas sepeda mesin yang bersangkutan. Pelaksanaan servis dapat dilaksanakan dengan melihat jarak tempuh atau waktu, tinggal dipilih mana yang lebih dahulu dicapai.
Tabel Jadwal perawatan berkala (teratur) sistem bahan bakar
tipe injeksi (EFI)
No
Bagian Yang Diservis
Tindakan setiap dicapai jarak tempuh
1
Saluran (slang) bahan bakar (bensin)
Periksa saluran bahan bakar setelah menempuh jarak 4.000 km, 8.000 km, 12.000 dan seterusnya setiap 4.000 km
2
Sistem penyaluran udara sekunder
Periksa dan bersihkan saluran udara sekunder setelah menempuh jarak 12.000 km. Ganti setiap 3 tahun atau setelah menempuh jarak 24.000 km
3
Putaran stasioner mesin
Periksa, bersihkan, setel putaran stasioner/langsam setelah menempuh jarak 500 km, 2.000 km, 4.000 km, dan seterusnya setiap 2.000 km
4
Cara kerja gas tangan
Periksa dan setel (bila perlu) gas tangan setelah menempuh jarak 4.000 km, 8.000 km, 12.000 km dan seterusnya setiap 4.000 km
5
Saringan udara
Periksa dan bersihkan saringan udara setelah menempuh jarak 2.000 km, 4.000 km dan seterusnya bersihkan setiap 2.000 km. Ganti setiap 12.000 km
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 26
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
3. Sumber-Sumber Kerusakan Sistem Bahan Bakar Tipe Injeksi(EFI)
Tabel di bawah ini menguraikan permasalahan atau kerusakan sistem bahan bakar dan sistem pendukung lainnya pada tipe injeksi (EFI) yang umum terjadi pada sepeda mesin, untuk diketahui kemungkinan penyebabnya dan menentukan jalan keluarnya atau penanganannya (solusinya).
Tabel Sumber-Sumber Kerusakan Sistem Bahan Bakar Tipe Injeksi (EFI)
Permasalahan
Kemungkinan Penyebab
Solusi (Jalan Keluar)
1. Terdapat kebocoran udara masuk
1. Periksa dan perbaiki
2. Tekanan dalam sistem bahan bakar terlalu tinggi
2. Periksa dan perbaiki
3. Tekanan dalam sistem bahan bakar terlalu rendah
3. Periksa dan perbaiki
4. Saringan injektor (injektor filter) tersumbat
4. Bersihkan dan ganti bila perlu
5. Penyetelan stasioner tidak tepat
5. Periksa dan setel kembali
Mesin mati, sulit dihidupkan, putaran stasioner kasar
6. Saluran udara stasioner tersumbat
6. Bersihkan
7. Bahan bakar tercemar/kualitas jelek
7. Ganti
Mesin tidak mau hidup
1. Pompa bahan bakar tidak bekerja dengan baik
1. Periksa dan ganti bila perlu
2. Saringan injektor (injektor filter) tersumbat
2. Periksa dan bersihkan
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 27
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
3. Jarum injektor (injector needle) tertahan
3. Periksa dan ganti bila perlu
4. Bahan bakar tercemar/kualitas jelek
4. Ganti
5. Terdapat kebocoran udara masuk
5. Periksa dan perbaiki
1. Sistem penyaluran bahan bakar tidak bekerja dengan baik
1. Periksa dan perbaiki
2. Saringan injektor (injektor filter) tersumbat
2. Periksa dan ganti bila perlu
Terjadi ledakan (misfiring) saat melakukan akselerasi
3. Sistem pengapian (ignition system) tidak bekerja dengan baik
3. Periksa dan perbaiki
4. Informasi Pendiagnosaan Sendiri Sistem EFI atau PGM-FI
Prosedur Pendiagnosaan Sendiri (Self Diagnosis)
a. Letakkan sepeda motor pada standar utamanya.
Catatan:
Malfunction indicataor lamp (MIL) akan berkedip-kedip sewaktu kunci kontak diputar ke “ON” atau putaran mesin di bawah 2.000 putaran permenit (rpm). Pada semua kondisi lain, MIL akan tetap hidup dan tetap hidup.
b. Putar kunci kontak ke posisi “ON”.
c. Malfuction indicator (MIL) berkedip-kedip.
d. Catat berapa kali MIL berkedip dan tentukan penyebab persoalan
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 28
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
Gambar Posisi MIL
e. Jika MIL tidak hidup atau berkedip, sistem dalam keadaan normal.
f. Jika ingin membaca memori EFI/PGM-FI untuk data kesukaran, lakukan sebagai berikut:
g. Untuk membaca data persoalan yang telah disimpan. Putar kunci kontak ke posisi “OFF”.
h. Lepaskan front top cover.
i. Lepaskan connector cover (penutup konektor) dari data Link connector (DLC) [konektor sambung data], seperti terlihat pada gambar di bawah ini :
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 29
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
Gambar Posisi DLC
h. Hubungkan special tool ke data Link connector (DLC).
Gambar Pemasangan Konektor DLC ke DLC
k. Putar kunci kontak ke posisi “ON”.
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 30
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
l. Jika ECM tidak menyimpan data memori pendiagnosaan sendiri, MIL akan menyala terus ketika kunci kotak di putar ke posisi “ON”.
Gambar MIL Menyala Ketika Kunci Kontak ON
m. Catat berapa kali MIL berkedip dan tentukan penyebab persoalan.
Catatan:
1) Pada sistem EFI atau PGM-FI Honda, MIL (malfunction indicator lamp) menunjukkan kode-kode masalah/persoalan yang terjadi pada sepeda motor. Jumlah kedipannya dari 0 sampai 54. Jenis kedipan dari MIL ada dua, yaitu kedipan pendek (0,3 detik) dan kedipan panjang (1,3 detik). Jika sebuah kedipan panjang terjadi, dan kemudian dua buah kedipan pendek, berarti kode persoalan itu adalah 12 karena satu kedipan panjang = 10 dan dua kedipan pendek = 2 kedipan.
2) Jika ECU/ECM menyimpan beberap kode kegagalan/masalah, MIL memperlihatkan kode kegagalan menurut urutan dari jumlah terendah sampai tertinggi.
3) Jika terjadi kegagalan fungsi pada rangkaian MAP sensor, MIL akan berkedip 1 kali. Penyebab kegagalan pada rangkaian MAP sensor antara lain ; kontak longgar atau lemah pada sensor unit, terjadi rangkaian terbuka atau hubungan singkat (korslet) pada
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 31
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
kabel MAP sensor dari sensor unit, atau MAP sensor tidak bekerja dengan baik.
4) Jika terjadi kegagalan fungsi pada rangkaian suplai (daya) atau massa sensor unit, MIL akan berkedip 1, 8 dan 9 kali. Penyebab kegagalannya antara lain ; kontak longgar atau lemah pada sensor unit, terjadi rangkaian terbuka atau hubungan singkat korslet) pada kabel daya atau massa sensor unit, atau sensor unit tidak bekerja dengan baik. Sensor unit adalah gabungan dari TP (throttle positioner), MAP (manifold absolute pressure), dan IAT (intake air temperature) sensor.
5) Jika terjadi kegagalan fungsi pada rangkaian EOT (engine oil temperature) sensor, MIL akan berkedip 7 kali. Penyebab kegagalan pada rangkaian EOT sensor antara lain ; kontak longgar atau lemah pada EOT sensor, terjadi rangkaian terbuka atau hubungan singkat (korslet) pada kabel EOT sensor, atau EOT sensor tidak bekerja dengan baik.
6) Jika terjadi kegagalan fungsi pada rangkaian bank angle sensor, MIL akan berkedip 54 kali. Penyebab kegagalan pada rangkaian bank angle sensor antara lain ; kontak longgar atau lemah pada bank angle sensor, terjadi rangkaian terbuka atau hubungan singkat (korslet) pada kabel bank angle sensor, atau bank angle sensor tidak bekerja dengan baik.
7) Jika terjadi kegagalan fungsi di dalam ECU/ECM, MIL akan berkedip 33 kali. Penyebab kegagalannya adalah karena ECU/ECM tidak bekerja dengan baik.
8) Jika terjadi kegagalan fungsi pada data link (penghubung kabel data) atau rangkaian MIL, MIL akan hidup terus. Penyebab kegagalannya antara lain ; kontak longgar atau lemah pada injektor, terjadi rangkaian terbuka atau hubungan singkat (korslet) pada kabel injektor, injektor tidak bekerja dengan baik, atau ECU/ECM tidak bekerja dengan baik.
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 32
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
9) Jika terjadi kegagalan fungsi pada rangkaian injektor, MIL akan berkedip 12 kali. Penyebab kegagalannya antara lain ; hubungan singkat pada kabel data link conector (DLC), hubungan singkat pada kabel MIL, atau ECU/ECM tidak bekerja dengan baik.
10) Secara umum, urutan pemeriksaan dan perbaikan dari kegagalan-kegagalan di atas adalah sebagai berikut:
a) Melakukan pemeriksaan terhadap kontak dari sambungan (konektor) komponen yang bersangkutan. Jika longgar atau lemah, perbaiki dengan mengencangkan posisinya.
b) Jika point a) di atas tidak bermasalah, lakukan pemeriksaan tahanan/resistansi pada terminal-terminal komponen yang bersangkutan dan juga periksa kontinuitas (hubungan) antara terminal dengan massa. (Untuk melihat standar/spesifikasi ukuran tahanan dan warna kabel, lihat buku manual yang bersangkutan).
Gambar Contoh Pemeriksaan Tahanan Pada EOT Sensor
c) Jika point b) di atas tidak bermasalah, lakukan pemeriksaan tegangan (voltage) antara konektor komponen yang bersangkutan pada sisi wire harness (rangkaian kabel dari
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 33
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
ECU/ECM yang menuju komponen tersebut) dan massa. Khusus sensor yang hanya mempunyai dua terminal, ukur tegangan antara konektor sensor tersebut pada sisi wire harness (Untuk melihat standar/spesifikasi ukuran tegangan, lihat buku manual yang bersangkutan).
Gambar Contoh Pemeriksaan Tegangan Pada EOT Sensor
d) Jika pada pemeriksaan point c) di atas terdapat tegangan yang sesuai standar, ganti komponen (sensor) yang bersangkutan.
e) Jika pada pemeriksaan point c) di atas tidak terdapat tegangan yang sesuai standar, periksa kontinuitas antara konektor komponen (sensor) yang bersangkutan dengan konektor dari ECU/ECM. (Untuk melihat standar/spesifikasi warna kabel, lihat buku manual yang bersangkutan).
f) Jika pada pemeriksaan point e) di atas kontinuitas antara konektor tidak normal, berarti terdapat hubungan singkat (korslet) atau rangkaian terbuka pada kabel-kabel tersebut.
g) Jika pada pemeriksaan point e) di atas kontinuitas antara konektor normal, berarti terdapat masalah pada ECU/ECM. Ganti ECU/ECM dengan yang baru dan lakukan pemeriksaan sekali lagi.
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 34
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
5. Prosedur Me-Reset Pendiagnosaan Sendiri
Catatan:
Data memori pendiagnosaan sendiri tidak akan terhapus sewaktu kabel negatif baterai dilepaskan.
a. Putar kunci kontak ke “OFF”.
b. Lepaskan front top cover.
c. Lepaskan connector cover (penutup konektor) dari data Link connector
d. Hubungkan special tool (konektor DLC atau DLC short connector) ke data Link connector
e. Putar kunci kontak ke “ON”.
f. Lepaskanlah DLC short connector dari data Link connector (DLC) seperti terlihat pada gambar di bawah :
Gambar Prosedur Melepas dan Menghubungkan
Kembali Konektor DLC Dari DLC
g. Hubungkan DLC short connector ke data Link connector (DLC) lagi sementara lampu MIL hidup selama kira-kira 5 detik (pola penerimaan reset; seperti terlihat pada gambar di atas).
h. Data memori pendiagnosaan sendiri telah terhapus, jika MIL mati dan mulai berkedip. Hal ini menandakan prosedur me-reset telah berhasil. Lihat pada gambar di bawah untuk melihat bentuk/pola me-reset yang berhasil (pola keberhasilan).
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 35
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
Gambar Pola Keberhasilan Saat Me-reset
Pendiagnosaan Sendiri
i. Data link konektor harus dihubungkan singkat sementara lampu indikator hidup. Jika DLC short connector tidak tersambungkan dalam 5 detik, MIL akan mati dan hidup kembali dengan pola kegagalan seperti terlihat ppada gambar di bawah :
Gambar Pola kegagalan saat me-reset pendiagnosaan sendiri
j. Matikan kunci kontak dan coba lagi mulai dari langkah d.
Catatan :
Perhatikan bahwa data memori pendiagnosaan-sendiri tidak akan terhapus jika kunci kontak dimatikan sebelum MIL mulai berkedip.
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 36
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
P E N U T U P
Semoga buku ini bermanfaat bagi peserta pelatihan khususnya kejuruan Automotive di Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto, baik pelatihan Institusional maupun pelatihan Non Institusional maupun pihak pengelolah pelatihan umumnya semua pembaca yang selalu ingin meningkatkan pengetahuannya.
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 37
Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja Mojokerto 2009
DAFTAR PUSTAKA
AHM Buku Pedoman reparasi Honda Supra X 125. Jakarta: PT. Astra Honda Motor
AHM Buku Pedoman reparasi Honda Astrea Prima. Jakarta: PT. Astra Honda Motor
AHM Buku Pedoman reparasi Honda Mega Pro. Jakarta: PT. Astra Honda Motor
AHMBuku Pedoman reparasi Honda PGM-FI Supra X 125. Jakarta: PT. Astra Honda Motor
Mohon Perhatian Tulisan - tulisan di Blog ini merupakan pandangan pribadi dari saya dan ada beberapa bagian merupakan cuplikan kutipan dari sumber yang bermacam - macam. Jika ada yang keberatan dengan tulisannya yang saya kutip, ada dalam blog ini, sudilah kiranya mengingatkan saya.
Sepeda Motor Sistem Bahan Bakar Injeksir 38
Tabel Jumlah Kedipan Indicator Kerusakan di Vixion
MotoBike - Repot membaca kode kedipan diagnostic lamp kala motor Honda injeksi bermasalah? Sekarang tak perlu lagi, lantaran sudah ada alat khusus yang bisa mendeteksi kerusakan, mengecek semua fungsi sensor, sekaligus untuk mereset ECU-nya. Alat buatan dalam negeri ini dinamakan HiDS.
Produk yang bisa dipesan di semua main dealer Honda ini, bisa digunakan untuk Honda Supra X 125 PGM-Fi, Revo AT, PCX dan CBR 250R. “Harganya Rp 2,6 juta,” terang Handy Hariko, Technical Service Training Department Head, PT Astra Honda Motor.
Langganan:
Postingan (Atom)